[PUISI] Sebulir Embun Seribu Kereta

Tunggang-langgang menerobos jumantara subuh yang dingin

sebulir embun fajar sadik
melukis indah hatimu yang
bening
lewat sebulir embun fajar sadik
aku menemukanmu
terperangkap
di dalam kobaran api-api merah
dan lewat sebulir embun fajar sadik
aku
melihatmu di padang yang luas
melarikan diri dari hiruk pikuk
kejemawaan yang bising
kakimu
tunggang-langgang menerobos
jumantara subuh yang dingin
berbekal seribu kereta dan seribu cangkul
kamu
meluluhlantakkan
pohon dan tunas-tunas kejemawaan
sebelum sorot mentari menembus 
kaca dan membuatnya pecah retak dan
menguburnya dalam-dalam dengan
seribu kereta yang mengangkut
tanah merah

Sragen, 2021.

Baca Juga: [PUISI] Daun-Daun Kering di Sepanjang Jalan  

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Inna M Photo Writer Inna M

Suka membaca.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya