[PUISI] Harapan Kerinduan

Jahatnya rasa bernama kerinduan

Dalam rintik yang menyampaikan suara
Serta jahatnya rasa bernama kerinduan
Hari itu sebelum malam
Matanya menaruh harapan pada lautan

Hari ini sebelum malam
Seusai seribu satu hari telah terhitung
Tak setetes pun air lautan bicara
Suaranya hanya tentang saling beradu
Malu-malu menghampiri ke tepian

Sesekali lautan diam bungkam
Kemudian anak itu melepas air mata
Terduduk di tepian menjelang malam
Lautan tetap bungkam

Hari esok sebelum malam
Suara lautan saling berbisik
Bertanya satu sama lain
Anak itu tidak di tepian

Esok dan esok lagi
Lautan merindukan
Setiap harinya hanya saling berbisik
Menanti-nanti anak itu kembali
Hingga seribu hari lagi

Lautan kian merindu
Tidak lagi saling berbisik
Lautan saling bertengkar karena rindu
Anak itu tak kunjung datang

Hari sebelum malam lainnya
Lautan menciptakan ombak besar kesekian
Saling hantam dan menyalahkan

Menjelang malam
Lautan terdiam
Gadis jelita tiba di tepian
Menatap lautan
Dengan mata penantian

Lautan kembali berbisik
Saling tanya dan kagum
Tatapannya sama penuh harapan
Menyampaikan isi hati pada lautan
Meminta setetes saja berbicara

Lautan hanya bungkam
Perlahan menggapai tepian
Membiarkan si gadis merasakan kerinduan

Lautan tetap bungkam
Membiarkan langit menjelang malam
Menyerahkan pantulan cahaya bintang

Sesudah malam menguasai angkasa
Si gadis tersenyum pada lautan
Pergi dan hilang
Tidak lagi kembali pada lautan

Baca Juga: [PUISI] Setiap Hari

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Inneke Utami Photo Verified Writer Inneke Utami

Ambitious Person

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya