[PUISI] Berebut Sebut

Riuhnya jiwa dalam diamnya wicara

Sebilik dalam beribu lapis dinding tak berpintu,
mulai rancu berebut sebut.
Berwujud suntuk yang menusuk-nusuk.
Memutar roda bagai cambuk.
Diamku, jadi menjelma mulut pelatuk.

Segala ricuh beralur sejalur.
Menuntut haknya agar tersalur.
Satu telunjuk menghunus pisau.
Telunjuk lain menodong pistol.
Satu lagi mengacungkan senapan,
sisanya mengutuk dengan serapah.

Mohonku dalam lirih,
satu-satu biar terdengar jernih.
Biar tetesnya tak membuih.
Hilang diburu siang terik.

Sebab, hanya dua tangan milikku.
Satu guna menyerang maju.
Sisanya guna melindungi punggungku.
Terbang pun, tak mampu menyangga berat tubuhku.
Jadi,
bila hujan peluru ini tak kunjung berujung.
'entah apa jadinya aku..'

 

-IND-

Baca Juga: [PUISI] Tentang Kepergianmu

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Nini Photo Writer Nini

Half adventurer, half shooter.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya