[PUISI] Penyair Piawai

Mungkin kita sedang kenikmatan menggeluti badai dan tikai

Gusar gelombang menyelami bibir pantai.
Menyisir karang yang menjuntai.
Ikrar bayu tertuai,
banyu asin berduyun-duyun memijak pesisir lunglai.

Subuh itu...
Kudengar sayup dengkurmu menjejaki persemayaman, masih enggan terurai.
kutau betul, bahwa pelesirmu kini sedang terbuai.
Rayuan lambung sabit rembulan menimangmu dalam pelukan binar matanya yang permai.
Tanpa hadir pikirmu, ancala kau serupai.
dengan debur ombak, kau jua mencederai.

Wahai, penyair piawai...
Yang terselip, sajak-sajakmu kini t'lah sampai.
Sapuan pasirmu,
basuhanmu pada jemari temu, kau dan aku.
Mengalun dawai nan damai, runtuhkan tebing kuarsa perisai.
Pada sepanjang garis persentuhan atau perseteruan yang tiada usai.
Meski amuk ombak, masih tak henti-henti jua menggerogoti pijakan landai.
Mungkin kita kini, memang sedang kenikmatan menggeluti badai dan tikai.

Cepu, 3/9/2019
-IND-

Baca Juga: [PUISI] Kekasih Masa Depan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Nini Photo Writer Nini

Half adventurer, half shooter.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya