[PUISI] Separuh Utuh
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Separuh buddhi,
mula bertengger di langit-langit sudah beranjak naik ke langit.
Sukmanya tertinggal,
tergeletak di andamandala nyaris tak terkenang oleh masa.
Rautnya berubah pucat,
barangkali ia merasa pelesirnya lenyap dalam sekejap ucap.
Bayang seutas kilat menemani semburat gelap yang melawat wicara,
meneguk nafas yang separuh, kemudian utuh.
Ia pun bertanya pada cahaya rembulan lepas purnama.
Sebab,
sejak siang bertandang, kelopak matanya tak habis-habis padam,
mendekap sinarnya erat seakan takut terkelupas dan lepas.
Ia menduga,
barangkali ubun-ubunnya telah mendesak rasi bintang,
menggeser musim kemarau dan hujan,
mengganti arah mata angin, angin, beringin, dingin, dan ingin.
"Rembulan pun terbelah, separuh dan separuh.
Separuh satu bersikukuh menjelma menjadi utuh,
separuh satu lagi tersiku terjelma runtuh."
Jawab sang rembulan, teguh.
Cepu, 24 Juni 2019
-IND-
Baca Juga: [PUISI] Berebut Sebut
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.