[PUISI] Puisi Tanpa Huruf E

Jangan tinggalkan *mpatimu

Kamp-kamp mulai didirikan
Akbar hunjam warnanya hijau luruh
Lambang dahiat nasional
Tabib dan juru rawat sibuk giliran, lalu lalang pulihkan

Orang-orang sibuk di jalanan
padahal ancaman tidak juga hilang
Orang itu tidak takut, mungkin
Bahkan pilih mati di jalan.
Tinimbang baring di atas matras putih dihias bantuan paru-paru untuk asimilasi

Hari-hari kami dilalui dengan harapan.
Doa-doa dilangitkan.
Namun Tuhan tak izinkan keajaiban.
Tuhan cobai turunkan wabah.
Untuk tunjukkan mana yang karim mana yang zalim.
Mana yang hatinya murah mana yang loba dalam angkara

Orang-orang teriakkan:
Padinya habis, arta amblas
Mau makan apa, katanya
Sungguh aku lebih pilih mati dan sakit-sakitan
Daripada mati lantaran lapar, hatinya rintihkan duka

Lalu tampaklah khalisnya.
Ada yang bondong-bondong sumbangkan malnya
Banyak pula yang suka ria sambut hidangan mewah,
tampak bahagia
Jangan sampai kelak anak-anak bangsa catatkan,
hilangnya nyawa gara-gara rasa afinitas dikikis, habis.

#dirumahaja

Baca Juga: [PUISI] Rahasia Puisi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Jihan Mawaddah Photo Writer Jihan Mawaddah

Knowledge seeker

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya