[PUISI] Janji, Jazz Kelabu, dan Sabtu Itu

Seharusnya Sabtu kala itu yang kelabu, bukan janjiku...

Jika kamu tahu apa itu kelabu, mungkin perihal ini lebih mudah. Jika tidak, pergi sana ke lorong-lorong, cari di antara tanda petik, si kelabu.

Entah bagaimana caranya siapa yang perduli.

Aku hanya ingin mencoret-coret ingatanmu sejenak saja, sebentar. Seharusnya, seharusnya hari itu yang kelabu.

Bukan gagak-gagak yang terbang di angkasa.

Juga bukan janji-janji yang melayang tinggi bersama nadamu. Kemudian jatuh bebas sebebas kau marah-marah padaku pada Sabtu itu.

Sejenak aku cek keluar, Sabtu itu kelabu adanya seperti kamu. Terus ia merayap perlahan meracun lantunan jazz di telingaku.

Kemudian aku teringat ada tiga perihal yang kucamkan dalam notes hitamku.

Pertama, jangan sampai kupaksa orang lain meminum racun untuk membunuh diriku.

Kedua, aku tidak ingin menyudutkan dengan tusukan sudut pandang.

Ketiga, aku malu dengan topengku, sebab itu aku harus mencontoh gagak di angkasa.

Seharusnya Sabtu kala itu yang kelabu, menusuk kalbu. Bukan janji-janjiku yang dianggap palsu seperti kasus susu kental manis.

Biduanita jazz ini seolah tak setuju dan melayangkan lengking hitam padaku.

Tapi, jika matahari saja bisa bermuram durja hari itu, apalagi aku. Toh aku cuma bisa menyobek kecil-kecil lembar senduku.

Kemudian kubakar dengan bulu-bulu gagak dan kartu hitam.

Kalau angin saja bisa melolong minta tolong saat itu, bagaimana denganku? Apa aku juga harus menggongong seperti orang tolol?

Sedingin itu kehangatanmu bagiku, paradoks.

Kata-katamu salto seratus delapan puluh derajat seperti akrobat terjerembap. Dan aku yang sudah berekspektasi wah kau minta tertawa?

Mending aku melipat tangan, memutar bola mata, lantas berdecak.

Ah, masa bodoh dengan hidup hari Sabtu itu. Lebih baik aku diam, kembali ke layarku, kemudian menikmati segelas teh kelam favoritku.

Mungkin, nanti kamu juga sadar seberapa dalam aku tenggelam di kelabu.

Baca Juga: [PUISI] Tanda Baca Pada Kisah Kita

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Kelvin Antonius Photo Writer Kelvin Antonius

The man who will breath heavily when see and munch good food, coffees & teas, books, good musics, sceneries, and British accent!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya