[PROSA] Asing

Semakin lama semakin tak kenal

Hari ini mendung. Aku dengan cemas menunggumu di depan pintu. Inginku sambut dengan bahagia. Kusapa dengan senyum, tapi hadirmu dengan wajah cemberut. Sekali lagi hanya membuatku kalut.

Kenapa semakin hari kamu yang dekat semakin terasa jauh? Ternyata satu atap sekalipun tak menjamin menyatukan hatiku dan hatimu. Sedang aku, terlanjur jatuh terkubur dalam pengharapan yang tak kunjung bersambut penerimaan.

"Lebih baik kita terus berjarak," katamu pada suatu kesempatan. Namun, kepolosanku mengira bahwa itu hanya sementara. Tanpa sadar aku berjuang sendiri, membiarkan aku terluka dan sengaja tak mau mengobatinya.

Aku masih berpikir bahwa kelak kita bisa terbiasa untuk apa-apa serba bersama. Aku mengira kita bisa terbiasa merasakan debar dalam sentuh dan tatapan yang sekadar tak sengaja. Ternyata, debaran itu selamanya hanyalah jadi debarku sendiri.

"Mau sampai kapan menjadi jauh?" tanyaku padamu yang masih mematung dan membisu. Di hari yang kelabu itu aku akan selalu ingat untuk membawa payungku. Biar di tengah hujan sekalipun dunia bisa melihat tangisku. Sesiapa akan menjadi saksi betapa aku terluka dalam diam dan acuhmu itu.

Baca Juga: [PROSA] Giliranku Menepi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Laila Alhaffatah Photo Verified Writer Laila Alhaffatah

Full time wife, mom, and writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya