[PUISI] Bagi Mama, Itu Baik-baik Saja

Goresan rindu anak manusia

Waktu itu, petang bersama mama
Menatap mentari yang sebentar lagi berganti purnama
Senyuman itu jelas tergurat dalam barisan sejuta tawa
Sejuta pasir waktu yang tak jarang hadir dalam mimpi waktu senja

Dari sosok yang kupanggil mama, 
Aku belajar tentang bagaimana mencinta
Dari sosok yang selalu berjuang setiap hari, 
Aku belajar tentang menghargai sebutir nasi
Semua yang kudapat dari perjuangan mama,
Pernah menjadi sesuatu yang remeh karena aku suka berdusta
Pada masa itu, karena sosoknya masih ada,
Bagiku tak apa sedikit menyakiti

Tapi bagi mama, itu baik-baik saja
Asal aku tumbuh dan kembali ke jalan-Nya
Tapi bagi mama, itu tak jadi masalah 
Asal aku terus bersekolah walau kadang payah 
Amarahnya sering aku bantah,
Tak jarang mama pun meradang, 
Tapi bagi mama, lagi dan lagi itu baik-baik saja

Kini, tersadar waktu mengantar mama ke perabuan, 
Masih kuingat suara tangis yang tak akan bisa membangkitkan 
Semarak rasa sesal tentang apa yang pernah kulakukan,
Merebak mengaliri sanubari dalam langkah penyesalan

Bagi mama raganya mungkin musnah jadi arang
Tapi, kasih sayangnya tak akan hilang
Bahkan, walau hanya dalam mimpi dan berbayang, 
Mama akan selalu menanti aku pulang...

"Cinta amui untuk mama tersayang"

Baca Juga: [PUISI] Takdir Tak Pernah Keliru 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Laurensius Aldiron Photo Verified Writer Laurensius Aldiron

Seorang pegawai kantoran pada umumnya, yang memilih menulis untuk mengeluarkan opini yang tak bisa disampaikan secara langsung..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya