[PUISI] Sahabat Berkaki Empat 

Yang kini hilang dalam bayang pekat 

Suaranya hanya sesekali aku dengar,

Sehingga apa yang dia rasakan harus selalu aku amati

Suaranya hanya terdengar ketika ada orang di luar pagar

Namun, kini walau banyak orang di luar sana, suaranya tak akan terdengar lagi

 

Gelegar semua terasa saat kepergiannya

Derai tangis yang tak terbayang akan tumpah, akhirnya tercurah juga

Agak malu saat harus menangisi sahabat yang tak terlihat sebagai sosok manusia

Namun, hanya sekumpulan orang yang akan mengerti rasa sakit akibat kehilangan sahabat manusia

 

Dia tidak pernah berhenti menyambut kami sekeluarga 

Saat kami datang dari luar dan kembali berkumpul di rumah

Dengan sabar menanti dia menunggu untuk makan,

Walau kadang kami usil dengan menyuruhnya melakukan banyak gaya

 

Selanjutnya, kini kami yang sesak merasakan sosoknya yang hilang lenyap

Upaya untuk menyelamatkannya justru akan menyiksanya

Sahabat berkaki empat pertama dan terakhirku hilang dalam gelap

Namun sosoknya yang kini bisa berlarian lagi, selalu ada dalam bayangan maya

 

"Selamat jalan jupe tersayang, kami mengasihimu.."

Baca Juga: [PUISI] Puisi, Rinai, dan Pelangi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Laurensius Aldiron Photo Verified Writer Laurensius Aldiron

Seorang pegawai kantoran pada umumnya, yang memilih menulis untuk mengeluarkan opini yang tak bisa disampaikan secara langsung..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya