[PUISI] Selepas Melayat

Kepergiannya membawa sejuta arti

Apa yang kamu lihat di hari kematianmu?
Masih kenalkah dengan raga yang terbujur kaku?
Mata tertutup, membungkam kalbu 
Tak ada lagi rasa gengsi, sirna sudah rasa malu

Kamu butuh uluran tangan orang lain,
Untuk sekadar menutupkan kafan di atas raga 
Membacakan doa supaya mengantar batin,
Katanya semakin banyak, pintu ilahi bisa bercahaya 

Aku yang berada di sisi keluarga yang sendu
Melihat lirih tetesan air mata nan pilu
Merasakan berakhirnya kehidupan semu
Yang tak lagi bisa membuat semuanya bertemu

Melayat nyatanya tak bisa dipisahkan dari kehidupan,
Tinggal menunggu giliran kapan waktuku tiba 
Kapan diriku yang diselimuti kedinginan
Sampai ajal menjemput dengan kereta kencana

Baca Juga: [PUISI] Kata Hati

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Laurensius Aldiron Photo Verified Writer Laurensius Aldiron

Seorang pegawai kantoran pada umumnya, yang memilih menulis untuk mengeluarkan opini yang tak bisa disampaikan secara langsung..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya