[PUISI] Kau
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam hinggapan rasa
Kau membujukku untuk pergi bersama
Kau berkata, ayo beranjak lupakan dia
Atas nama ragu, kugenggam erat jemarinya
Dia tertawa, mataku menelisik bertanya
"Kita hendak ke mana?"
Dia tak kunjung menjawab jua
Kita berjalan melewati arus deras itu
Terombang-ambing pada sekoci
Terbentur, tempiasnya pada seluruh raga
Namun jemarimu makin deras, makin terlepas
Aku kacau denganmu yang makin terbahak
Lepas
Tempias sekali lagi
Aku mulai menangis, ini apa?
"Hey, sekocinya terbalik!" kubilang
Aku terbentur terbawa arus
Sedang kau bersandar di atas bebatuan sembari menutup mata
Bodohnya,
Aku terbawa arusnya
Bodohnya,
Ringkas kata, aku merata
Dengan tanah yang kupijak
Dengan harapan yang dirisak
Dengan sakit hati yang sejak dulu memang enggan tuk bijak
Dengan luka yang kau jahit
Rupanya kau hanya melilit
Luka lama dengan luka yang lebih sulit
Sampai akhirnya aku harus menelan lagi obat pahit
Dari awalan yang begitu legit
Apakah pantas aku jatuh lebih sakit?
Yang tak aku sadari
Sejak awal kau sudah menjangkiti
Rasa manis yang hanya menutupi
Aku hampir saja mati
Bila saja aku tak segera menarik diri
Baca Juga: [PUISI] Hanya Seminggu
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.