[PUISI] Sekadar Bandingkan

Keadilan kami banyak tertunda

Begundal negeri ini meminta jatah
Tak ingin ratna bertumpah ruah
Sekadar harga dari keringat yang terperah
Serampang, selusur, memapah
Lalu untuk apalah kami serakah

Memang kami penuh papa
Utang di mana-mana
Usir sini, usir sana
Di negeri (yang katanya) tercinta

Malah menjadi korban rudal saudara
Mungkin memang itulah tindak nestapa

 

Atap-atap saksi dua musim
Menyaksikan begitu takzim
Koran berita koruptor serupa dinding
Mengadu pada rakyat beriring-iring

Boleh taruhan?
Mari adu banding
Enak benar kurungan para tiran
Diberi seribu latif bergemerincing
Sedangkan seribu gelandangan
Makin hari hukumnya makin runcing

Kami meminta sesuap nasi
Bukan bercuap-cuap janji
Itu pun kalau memang bisa menepati
Uang kami saja masih sering dimakan pribadi

Diktator-diktator tiap hari berkantor
Temu rapat dibuat molor
Katanya memang seperti itulah para pelopor
Berkantor dari lohor sampai lagi ke lohor
Mudah benar hidup sang pesohor

Kami hanya meminta adil
Bagi orang-orang kecil
Bayar utang walau mencicil
Makan nasi tanpa kerikil
Pun tempat menetap walau secuil

Baca Juga: [PUISI] Payoda Tak Lagi Membiru

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya