[Puisi] Melepas Mentari

Sajak senja untuk mentari

Dia masih membeku di tempatnya berdiri
melepas sauh yang semakin kecil menjauhi
dermaga yang kini menjadi tempat singgah tak berpenghuni
hanya dia seorang yang memilih memiliki
sebuah pulau tanpa nama yang menjadi saksi
untuk kisah yang menghilang tanpa jejak di ambang kesadaran sang pemimpi

Dia masih berdiri di batas emosi
Melepas kepergian sang mentari
Tanpa kata-kata perpisahan suci
Diamnya bagai maya yang merintih meratapi
Namun tetap tidak ada ucap untuk mengakhiri
Mungkin hanya bayang semu yang kini menemani

Sinar keemasan itu menjadi bukti
bahwa dia tak pernah layu untuk menanti
datangnya mentari esok hari
Bahwa harapan itu tak pernah mati
meski perpisahan selalu terjadi
Biarlah ia melepas sang mentari tanpa perasaan terluka lagi

Dia masih berdiri di ujung dermaga perhentian hati
Menatap sendu pada layar kapal yang terkembang di lautan mimpi
Berlayar bersama ombak yang meninggi
Kala purnama menjemput sang malam tanpa henti
Menghapus semua jejak kaki
yang pernah mengijak-injak ladang harga diri

Tak ada yang dapat menawarkan sebuah kepastian kepadanya yang meminta rugi
Sebab semua tawa telah terpasung dalam memori
Berjejer dalam gelombang yang mengapungkan semua ilusi
Sewaktu-waktu ia akan terhempas pula di pesisir pantai tak bertepi
Meluluhlantakkan semua perasaan kehilangan yang menjerit setiap malam menghampiri
Dan mentari telah tenggelam bersama serpihan pasir yang bergerigi

Di ambang cakrawala dia berlari
Menumpahkan segala jenis tikaman belati
pada kulitnya yang meranggas dimakan sang waktu di gerbong kereta api
Sekejap kemudian ia akan melesat kembali
Dan waktu lah yang kemudian mengobati
segala gelisah yang pernah mengisi

Dia masih berdiri tegak membelakangi
sang dewi malam yang kini memayungi
Beban itu nyatanya tak pernah pergi
Meski ia berharap agar ikhlas mencintai
Tanpa syarat untuk tinggal bersama dalam damai asmara di penghujung hari
Melepas sang mentari terasa lebih berat sebab hati mengingkari

Lepaskan... Bebaskan belenggu diri
Kelak kan ia temui sang pengganti
Untuknya yang lebih memilih mati
Tanpa penyesalan atas kehilangan cincin pengikat gerak tari
Yang pasti mentari esok akan datang lagi
Dengan atau tanpa sosok lain yang menemani

Baca Juga: [PUISI] Sajak untuk Kekasih

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Nesi Jumaida Photo Writer Nesi Jumaida

Smile as always

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya