[PUISI] Enggan Meninggalkan Langit

seolah tak rela dihapus

malam telah patuh pada fajar
menyingkir dan membawa kelam hilang
menelan pekat seorang diri
tanpa gemintang
tanpa rembulan
hanya embun yang bersorak atas kepergian

bukan malam kalah pagi
dia hanya merelakan ruang berganti
membiarkan terang tumbuh di pucuk-pucuk dedaunan
menelusup cerah rona baru di hati setiap insan
tentang kehidupan
tentang harapan

bersama kepul awan di mega-mega
mentari nampak masih malu
mengirim hangat dari balik reranting kering
menghapus jejak-jejak sang malam
saat hanya ada sepi
saat hanya ada sedu
yang menguasai pelupuk teramat berat

di sudut tatap mata ini
di dasar ruang hati ini
masih saja terselip rindu
pada parasmu
pada hadirmu
yang tak pernah rela dihapus
seperti rembulan yang enggan meninggalkan langit pagi ini...

Baca Juga: [PUISI] Pengagum yang Patah Hati

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

T y a s Photo Verified Writer T y a s

menulis adalah satu dari sekian cara untuk menemui ketenangan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya