[PUISI] Waktu yang Membawa Gigil

Menyadarkanku pada dua hal yang menyesakkan

Waktu datang bersama gigil 
menjauhkan hati dari binar hangat mentari
mendekami ruang pekat
tak ada cahaya, tak ada suara
hanya berteman detak angka
bukan lagi degup yang merona

Semua akhirnya kembali pada sendiri
tanpa kawan tanpa lawan
bahkan tanpa sandaran
menyiasati hari agar cepat berlalu
berharap semua kenangan
mampu memudar dari benak
rekaman tentangmu

Benar, kamu bukan lagi milik
yang boleh kuperjuangkan sangat kuat
bersama sapa tanpa tanya
dalam sujud yang tak pernah sudah
meski hasrat belum punah
untuk tetap dalam dekapan

Kini aku tahu
semakin kukenali tempatku berada 
dan seberapa lebar rentang jarak yang ada
aku semakin mengerti
bahwa aku tak lagi boleh melekatimu
memaksamu meladeni rasa
yang kian merapuh tak berdaya

Waktu yang membawa gigil
menyadarkanku pada dua hal yang menyesakkan
tentang pilihanmu untuk pergi
dan tentang sebuah rasa
rindu yang tak pernah jauh dari sirna
rinduku padamu, rasaku untukmu..

Baca Juga: [PUISI] Selembar Daun yang Gugur

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

T y a s Photo Verified Writer T y a s

menulis adalah satu dari sekian cara untuk menemui ketenangan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya