[PUISI] Bukan Delusi

Hanya saja impian itu sudah meracun sampai ke hati

 

Sejatinya manusia menyimpan mimpi di ruang terdalam hatinya

Seperti kamu dan aku, mimpi adalah bagian hati yang sudah meleburkan rasa

Benang-benang kasih yang mampu kamu pintal sampai seindah ini.

Permata doa yang kamu aminkan di setiap kecil mimpiku yang meskipun jauh dari sahih

Benar membuatku jauh lebih jatuh dan berenergi menggapai mereka yang sempat terselip di gulita pekat

 

Mungkin bola mata ini mampu mengungkap semua padamu

Kala jarak tak lagi jadi problema buat kita

Bahwa sang hati tak pernah jadi duka kala ragamu tak mampu ku rengkuh erat

Karena doamu jauh lebih hebat menyelamatkan jiwaku yang penuh nelangsa

  

Tapi waktu kian membentangkan pelik

Di mana kamu selalu mempertanyakan ketetapan hatiku

Yang seharusnya kamu tahu, hatiku tetap menujumu hatiku masih utuh untukmu

 

Usia berdetak tanpa henti, aku tahu

Bukan berarti aku menolak ingatan takdir aku bersamamu dan sejatinya seorang wanita.

Hanya saja impian itu sudah meracun sampai ke hati. 

Tanpa perduli kian banyak waktu yang harus ku bagi untuk menjebak impian itu dalam diri.

 

Aku hanya ingin sosok kamu mengerti, 

Ada dunia yang ku kejar sampai ku dapati, bukan untuk berbisik kesombongan atau berkoar tentang keangkuhan.

Itu hanya memastikan siapa diriku, siapa jatiku.

Dan untuk kamu yang ku paksa menunggu...

Tolonglah berteriak menyemangati saat kaki ini giat berlari.

Satu-satunya kepastian yang ku percaya darimu adalah doamu untuk ku meski dalam jarak.

 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Santi Dheone Photo Writer Santi Dheone

Impian terbesarku adalah bisa mengalahkan dia. Dia yang selalu menghentikanku melangkah. Keraguan aku membencinya dalam. | ig : @santidheone_samosir

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya