[PUISI] Awan Memilin Hujan

Bagaimana mungkin hujan mencintai hal yang melulu dicumbu oleh ombak?

Awan memilin hujan saat pelangi tiba 
Kemudian laut beranak pinak demi berjengket menggayuh bohlam
Kemarin, ia datang bersama algojo kesayangannya 
Berhenti mengendus, dan tetaplah meraba pantai!
Bagaimana mungkin hujan mencintai hal yang melulu dicumbu oleh ombak tak terpatahkan?

Lalu di sela-sela sengalmu, kusaksikan tabir pekat yang suka kau dekap
Kau membiarkan bulir-bulir bayangku bersama yang lain bertabrakan 
Maka sejak itu, akulah si Malin yang pantas kau kutuk. Tidak. Tidak akan pernah.

Awan mulai mendekat melalui kisi-kisi rumah dan seka mataku 
Atau bahkan melalui cerobong yang sungguh dibenci 
Kau, menjulurkan ilusi untuk memaksa kapal tetap berlabuh bersama bayang serta hujan
Sayangnya ombak sudah menawarkan cumbu penawar resah 
Ah, kau tidak tahu saja aku sudah mencintai lampu merkuri itu, batinnya 

Namun kau setuju. Maka selepas ini, tinggallah aku si buta bersama ilusi yang bertaburan 
Ya, aku tahu, aku salah

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Stella Maris Photo Writer Stella Maris

Puisi adalah pesta yang benci perayaan -M. Aan Mansyur

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya