[PUISI] Sia-sia

Untuk yang pernah mencintai, namun disia-siakan

Aku pernah sangat mencinta, sampai akhirnya kamu buat patah. 
Dalam sebuah pergantian masa, kamu memaksaku mengolah rasa. 
Aku tak pernah begitu baik-baik saja. 
Di dalam setiap detik waktu, aku tak mampu mengukir namamu. 
Sebab di dalam satu dari sekian ribu detik waktu itu, kamu membuktikan bahwa kita tak sepatutnya bersama. 

Kamu membuktikan bahwa aku memang tak pantas. 
Aku letih dalam upaya sendiri. Suatu kepayahan yang tidak pernah kamu hargai.
Kita pernah melewati semuanya bersama. 
Di masa lalu kita pernah saling merasa istimewa. 
Meski pada akhirnya tak ada lagi yang tersisa dan semua terbuang percuma. 

Lucu rasanya jika kuingat dan kukenang apa yang pernah terjadi. 
Aku yang begitu bodoh telah memercayakan perasaanku untuk kamu genggam, 
yang pada nyatanya semua itu telah kamu tenggelamkan. 
Dan hingga sekarang kamu buat remuk redam.

Aku benci diriku yang dulu. 
Aku benci saat aku masih bersamamu. 
Aku merutuki kebodohanku karena telah membuang banyak waktu denganmu. 
Andai kata lorong waktu terbuka, pasti aku tidak akan pernah mau mengenalmu. 
Kamu yang hanya sekadar singgah di suatu masa. 
Dan kamu yang hanya mampu mengukir luka.

Baca Juga: [PUISI] Rindu yang Tak Jumpa

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Deidara Oneechan Photo Verified Writer Deidara Oneechan

Pelajar, penulis amatir, dan novelis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya