[CERPEN] Fur Elise

Semoga semua rasa dapat tersampaikan melalui musik ini

Semilir angin memainkan anak rambut seorang wanita yang duduk di sebuah kursi panjang di bawah pohon. Matanya menatap sebuah kotak musik di tangannya. Dulu, dulu sekali, waktu ia masih SD ia sangat ingin memiliki benda seperti itu. Namun, keinginan itu tak berlangsung lama ketika ia sering mendengar lantunan yang ada dalam kotak musik muncul di beberapa adegan film horror.

Lantas beberapa tahun lalu, semua perspektif yang dimiliki wanita itu tentang kotak musik, lebih tepatnya lantunan yang keluar dari kotak musik berubah. Seorang sahabat yang telah memberinya kotak musik sebagai kado pernikahan di tangannya itu pernah mengungkapkan sebuah potongan rahasia kecil di baliknya.

***

“Anna.” Seorang laki-laki menyebutkan nama gadis yang tengah duduk di sampingnya sambil melotot tak percaya melihat kertas yang baru saja dipegangnya.

“Hmm. Kenapa Al?”

“Retinol, tiamin, askorbat, kalsiferol. Kompleks amat. Ckck.” Al mengucapkan kalimat itu sambil berdecak di samping Anna.

“Lah, kamu kenapa malah absen nama-nama vitamin sih?”

“Emang nilai kamu kayak gitu kan? A, be, ce, de, kenapa nggak ngumpulin nilai e juga sekalian?” Kata Al tersenyum mengejek.

“Kamu temen aku apa bukan sih? Semangatin aku gitu, support kek, apa kek yang bikin suasana hati aku seneng dikit. Nah ini malah kayak disuruh terjun ke jurang.”

Anna menyesal memerlihatkan nilainya pada Al. Bukannya membuat suasana hatinya membaik setelah memperlihatkan nilai-nilai kuliahnya yang amburadul, eh Al malah membuat suasana hatinya tambah buruk.

“Makan, yuk!” Al berdiri, menghempas-hempaskan rerumputan yang ikut di celananya.

“Aku traktir deh, meskipun aku yakin kamu udah sehat banget dapat vitamin A B C D dari kampus.” Sekali lagi Al mengejek Anna  kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari gadis itu.

“ALAN ZAIDAN.” Anna meneriakkan nama lengakap Al dengan sangat kesal sambil  mengikuti langkah kaki Al yang menurutnya sangat menyebalkan hari ini. Ralat. Memangnya kapan Al tak membuatnya kesal?

Sesampainya di sebuah restoran, Al dan Anna berjalan menuju sebuah meja di bagian pojok. Jendela di sekitarnya memberikan pemandangan langsung jalanan yang selalu ramai oleh pejalan kaki. Lantunan musik klasik pun mengalun merdu di restoran italia yang mereka masuki saat ini.

“Ini kok musiknya serem amat sih.” Anna bergidik sampil mengelus lengannya. Musik ini mengingatkannya pada beberapa adegan film horror yang pernah di tontonnya.

“Fur Elise?”

“Hah?!”

“Iya, lantunan musik ini judulnya Fur Elise karya Beethoven.”

Beethoven? Anna mencoba mengingat-ingat siapa Beethoven itu, setaunya tak ada musisi Korea yang namanya Beethoven. Yang ia tahu hanya Exo, Seventeen, Shinhwa dan, yah, idol Kpop lainnya, lah. Tak ingin berpikir lama, Anna bermasa bodoh saja tentang siapa itu Beethoven.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Kok bisa-bisanya sih Beethoven itu ciptain lagu horror kayak gini?”

“Nah ini nih. Kamu kebanyakan nonton film rumah berhantu An. Otak kamu udah terkontaminasi sama adegan horror yang nampilin kotak musik tua di tengah ruangan gelap terus tiba-tiba langsung bunyi sendiri gitu.”

Anna hanya mendelik kesal mendengar penuturan Al tentang kebiasaannya menonton film horror.

“Malahan yah, musik ini tuh karya paling menyentuh menurutku. Oh iya An, kamu tahu nggak kenapa kebanyakan kotak musik yang sebenarnya nggak bisa dikatakan kotak musik sih karena kebanyakan bentuknya berbentuk hati selalu berisi lantunan Fur Elise?"

Anna menggeleng. "Memangnya kenapa Al?"

"Itu karena Fur Elise karya paling romantis yang pernah ada." Al tersenyum. "Itu adalah musik yang dibuat khusus oleh Beethoven untuk kekasihnya, Therese."

"Tapi kok alunannya malah kedengaran menyedihkan gitu ya?" tanya Anna lantas sepersekian detik selanjutnya ia berujar kembali, “Ralat, itu nggak cuma kedengaran menyedihkan tapi juga terdengar horror." Lagi-lagi Anna mengingat adegan horror yang pernah ia tonton.

Al menatap Anna jenaka kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah ah, nggak ada gunanya berbicara sama kamu. Nggak akan ngerti soalnya."

Pesanan mereka datang lantas tak ada lagi pembahasan tentang Fur Elise yang tetap saja menurut Anna terdengar begitu horror.

***

Hari-hari pun berlalu dan Fur Elise yang pernah mereka perdebatkan ikut terkubur. Namun, sepotong kisah yang diceritakan Al beberapa tahun lalu itu, membawa Anna pada sebuah kesimpulan teka-teki yang membuatnya terhempas ke kejadian beberapa hari lalu.

Teka-teki itu dimulai di hari bahagia Anna bersama lelaki yang dicintainya. Tapi sahabat menjengkelkannya, Al, tak datang di hari bahagia itu. Al hanya menitipkan sebuah kado lewat seorang teman yang ikut menghadiri pesta pernikahannya.

Namun, hari ini, melalui secarik kertas yang ada di dalam kado pernikahannya bersama kotak musik di tangannya,  Anna akhirnya tahu kenapa Fur Elise terdengar begitu menyedihkan dan alasan Al tak ikut merayakan hari bahagianya.

'Anna selamat untuk pernikahanmu. Maaf cuma bisa kasih kamu kotak musik ini sebagai bentuk kasih sayang aku ke kamu. Soalnya aku bukan komposer hebat seperti Beethoven yang mampu mempersembahkan sebuah lagu untuk Therese di hari pernikahannya bersama lelaki lain.

An, kupikir ini sudah sangat terlambat but i love you.

An, dulu aku nggak pernah berani nyatain ini ke kamu. Aku selalu nunggu waktu yang tepat buat nyatainnya tapi pada akhirnya kesempatan itu nggak pernah datang. Tapi, kuharap setelah kamu baca surat ini, semua rasa yang ada di hati aku dapat tersampaikan ketika kamu dengar alunan Fur Elise dari kotak musik ini.' - Al

Anna perlahan membuka kotak musik di tangannya. Alunan Fur Elise mengalun lembut di telinganya. Entah kenapa, matanya tiba-tiba berembun dan semua kebersamaannya bersama Al terputar kembali di memori otaknya.

“Alan Zaidan menyebalkan.” Lirih Anna mengatakanya. ” Tapi, aku harap suatu saat kamu bisa menemukan wanita yang hebat dan pastinya cinta sama kamu, Al.”  Lanjut Anna sambil mengusap air matanya yang telah jatuh membasahi kedua pipinya.

Baca Juga: [Cerpen] Menanti Pelukan

Allamandawi Photo Verified Writer Allamandawi

Mohon maaf jika ada kekeliruan informasi. Artikel lainnya dari saya dapat dilihat di www.allamandawi.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya