Jejak Usang

Perindu yang lupa jalan pulang.

1 menit telah dmulai untuk hari ini. Entah ini malam atau sudah pagi. Rasa rindu tak dapat membedakannya. Kubaca pesan terakhirmu berulang-ulang kali sampai aku akan merasa bosan,  tapi sayangnya, aku tidak pernah bosan! Aku menjadi bertanya, sejak kapan segalamu menjadi candu? Aku tidak menyangka, perkenalan yang tidak sengaja ini menarikku ke dalam arus matamu, lalu masuk ke hatimu. Dan kini, aku kebingungan akan jalan pulang.

Aku lalu menutup mata, membiarkan sosokmu lenyap di peredaran imajiku, namun ketika aku membuka mata, bayangmu malah menyambutku dalam kebisuan, dalam sepi yang tergugu. Sudah terhitung satu minggu kaupergi. Kaupergi tak bersisa apa-apa kecuali kenangan. Hampir setiap hari kurapal waktu yang memintal rindu. Detik dan menit menjadi tak berarti apa-apa saat jejak usangmu memburai sendu.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Namamu hanya menggenang pada baris gerimis yang lirih. Tak dapat kutangkup barang satu huruf saja. Lalu angin membawanya pergi, melayang-layang di langit malam yang pekat sepekat bayangmu. Kusesap dalam-dalam garis senyummu di sela senja, agar saat aku membayangkanmu, senyummu masih sehangat saat kau memandangku. Pun saat lengang malam berbisik, aku masih mendengar tawamu di ujung desau angin, yang mengecap keping dingin laut.

Biar sendiri, tetap kurajut rindu yang mulai mencari tuannya. Bernaung pada kenang, berlabuh pada mimpi. Hingga nanti seorang pengelana lupa jalan pulang, aku tetap tegak walau di larut sunyi. Menunggu kepulanganmu, atau menunggu kematianku sendiri.  

Sumenep, 8 Feb 2015 Naa

Ana Zuhri Photo Writer Ana Zuhri

Aku tak selalu tulisanku // IG: @naa7x_

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya