[CERPEN] Tentang Aliyah

Bagaimana melupakannya?

"Mau permen?"

Ia menggeleng.

"Kenapa?"

"Kata Bunda, aku nggak boleh terima makanan dari orang yang nggak dikenal," jawabnya dengan logat khas anak kecil. Padahal sungguh, aku tidak punya niat buruk. Aku suka matanya; mengingatkanku pada seseorang.

***

Oh, Gusti! Akhirnya aku dipertemukan lagi dengan Aliyah—mantanku—yang sudah empat tahun ini tak kuketahui kabarnya. Betapa aku bersyukur diadakannya reuni SMA ini!

"Aliyah, udah lama kita nggak ketemu."

Ia tersenyum.

"Kamu masih suka warna biru, Al?"

"Masih."

"Masih suka udang goreng tepung pakai saos madu yang dicampur wijen?"

"Masih."

"Masih suka nyanyi sore di balkon?"

"Masih."

"Masih..."

"Masih, Theo. Semua yang mau kamu tanyakan, aku masih suka, masih lakuin. Kamu emang paling tahu," ia tersenyum untuk kali kedua. Senyum yang dulu bisa membuatku jatuh cinta lagi dan lagi. Perempuan ini masih tetap cantik, tapi badannya lebih berisi. Tanpa make up pun, wajahnya masih berseri-seri. "Kamu sama siapa?"

"Sendiri," jawabku cepat. "Aku masih sendiri sejak kita putus, Al."

"Perempuan yang dulu kemana?"

Yang ia maksud adalah perempuan yang kupilih dengan gegabah dan akhirnya membuatku menyesal hingga saat ini karena telah memutuskan hubungan dengan Aliyah.

"Aliyah, aku minta maaf. Aku masih cinta sama kamu."

"Wah, kok tiba-tiba bahas cinta, sih?" Ia tertawa lebar. "Yang dulu biarin dulu, Theo."

"Tapi aku nggak bohong, Al."

Lalu muncul orang baru di antara kami, seorang anak kecil yang berusia sekitar empat tahun. Merengek di kaki Aliyah, lalu ia menggendong anak itu dengan cekatan. Anak yang kutawari permen karena matanya mengingatkanku pada seseorang.

"Aliyah, dia punya matamu."

"Iya, Theo. Ini mataku," perempuan itu mencium pipi anak yang digendongnya. "Mata yang kamu sukai dulu."

"Sampai sekarang," sahutku dengan suara tercekat.

"Ayah cari kemana-kemana, ternyata Alayya sama Bunda," bertambah satu lagi.

"Ini Bima, suamiku. Sayang, ini Theo, teman SMA-ku," aku menerima uluran tangan lelaki di samping Aliyah. Suami. Suaminya. "Waktu cepet banget berlalu, ya, Theo? Ceritanya panjang, dan aku yakin kamu nggak mau tahu."

"Iya, Aliyah."

"Kamu tahu semua tentang aku karena kita sempat 5 tahun bareng. Tapi, Theo, satu hal yang nggak kamu tahu," aku masih menatapnya. Sedangkan lelaki di sampingnya hanya diam, tidak tahu arah pembicaraan kami. "Udah lah, nggak perlu dibahas. Semoga kamu bahagia, ya," tutupnya sambil tersenyum lagi. Manis. Tapi menyayat hatiku hingga tipis.

Anadya Alyasavitri Photo Writer Anadya Alyasavitri

Menulislah maka kamu akan abadi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya