Salam dari Tanah Lapang

Sore menjelang, itulah waktunya pulang

Udara yang berdebu itu, saat ini mungkin sungguh sangat menyesakkan. Padahal dulu sangat mengasikkan.  Sore menjelang itulah waktunya pulang. Dari waktu yang luang, tiada berhenti terbuang. Lewat jari-jari yang sekarang lebih banyak berbicara, membuat janji jauh berminggu-minggu ke depan. Namun kemudian melepas janji itu, beberapa jam sebelum menuai. Tanpa bisa melihat wajah-wajah kekecewaan di antara mereka, yang terlibat dalam perjanjian sederhana. 

Seberapa seringkah kamu sekarang mengatakan atau mendengar kalimat ini:

Oke, gue sih ikut-ikut aja.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Kemudian berturut-turut dari orang-orang yang berbeda, satu kalimat yang sama. Padahal seharusnya bukan kalimat itu yang diharapkan. Pertanyaan itu butuh jawaban, pernyataan itu menunggu ditanggapi bukan dibiarkan. Hanya menunggu waktu percakapan tanpa tatap muka itu akan tenggelam dengan sendirinya. 

Kerinduan pada masa lalu pun kembali merasuk. Bertelanjang kaki, bergerak lincah di tanah lapang. Ketika alas-alas kaki dipakai untuk sebuah gawang. Jalinan karet yang dibentuk menjadi rantai, atau mungkin berlarian satu sama lain, menjaga sebuah pohon ataupun tiang sebagai benteng istana. Sebuah tempat itu, sudah tak perlu menunggu janji yang berlarut-larut. 

Sore menjelang, itulah waktunya pulang.

Arif Rahmanto Photo Verified Writer Arif Rahmanto

pecinta kopi panas dan es teh manis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya