[CERPEN] Kota yang Tak Pernah Tidur

Kota dengan sejuta cerita

"Aku benci kota ini," gumam Sari sambil menatap gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di depannya. "Kadang-kadang aku merasa seperti aku adalah satu-satunya orang yang merasa kesepian di kota yang tak pernah tidur ini."

Sari merasa hampa. Meskipun ada begitu banyak orang di sekitarnya, dia merasa terisolasi dari dunia. Setiap hari, dia pergi ke tempat kerjanya di pusat kota, tetapi dia merasa bahwa hidupnya tidak memiliki tujuan yang jelas.

Suatu hari, saat Sari berjalan pulang dari kerjanya, dia bertemu dengan seorang pria yang sedang berjalan di trotoar yang sama dengannya. Pria itu terlihat asing, tetapi dia memandang Sari dengan senyum lebar di wajahnya.

"Hai, apa kabar?" tanya pria itu.

"Baik-baik saja," jawab Sari dengan ragu. Dia tidak terbiasa dengan seseorang yang menyapanya seperti itu.

"Maaf, aku tidak bermaksud menakut-nakuti kamu," kata pria itu, menyadari keraguan Sari. "Nama aku Dito. Siapa namamu?"

"Sari," jawab Sari singkat.

Dito mengajak Sari untuk minum kopi bersama di kedai kopi terdekat. Sari ragu-ragu, tetapi akhirnya dia setuju. Dia merasa kesepian dan mungkin bertemu dengan seseorang baru akan membantunya merasa lebih baik.

Di kedai kopi, Sari dan Dito duduk di meja kecil di sudut kedai. Mereka berbicara tentang pekerjaan, hobi, dan kehidupan mereka. Sari merasa nyaman dengan Dito, dan dia bahkan tersenyum beberapa kali.

"Kamu tahu," kata Dito tiba-tiba, "Aku merasa kesepian juga. Meskipun aku selalu berada di kota ini dan ada begitu banyak orang di sekitar, aku merasa seperti aku tidak benar-benar terhubung dengan siapa pun."

Sari merasa terkejut. Dia pikir dia satu-satunya yang merasa seperti itu.

"Mungkin kita bisa saling tolong," lanjut Dito. "Kita bisa menjadi teman dan berbicara satu sama lain ketika kita merasa kesepian."

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Sari merasa hangat di dalam hatinya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa seperti dia memiliki seseorang yang peduli padanya.

Mereka menghabiskan sisa malam itu bersama, dan kemudian bertemu beberapa kali lagi setelah itu. Sari merasa lebih baik sekarang bahwa dia memiliki seseorang yang bisa dia ajak bicara dan bersama-sama menikmati kota yang tak pernah tidur itu.

Beberapa minggu kemudian, Sari merasa sedih lagi. Dia merasa kehilangan arah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidupnya. Dia menghubungi Dito untuk berbicara, tapi tidak ada jawaban. Dia mencoba beberapa kali lagi, tetapi masih tidak ada jawaban.

Sari mulai merasa cemas. Dia pergi ke apartemen Dito, tetapi tidak ada yang menjawab pintu. Dia mencoba menelepon nomor telepon lain yang dia punya, tetapi semuanya mati.

Akhirnya, Sari merasa putus asa. Dia berjalan-jalan di jalanan kota, mencari-cari tanda-tanda Dito, tetapi semuanya sia-sia.

Saat dia melewati sebuah tempat parkir, dia mendengar suara seseorang yang sedang menangis. Dia mengikuti suara itu dan menemukan Dito sedang duduk di atas mobilnya, tangisannya pecah ketika dia melihat Sari.

"Sari," gumam Dito, menangis. "Aku sakit, Sari. Aku menderita penyakit yang tak bisa disembuhkan."

Sari merasa seperti dunianya hancur. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan atau lakukan. Dia hanya berdiri di sana, menatap Dito yang menangis.

Dito menceritakan semuanya pada Sari, tentang bagaimana dia telah berjuang dengan penyakitnya dan bagaimana dia telah mencoba untuk tetap bersemangat dan hidup setiap hari. Dia berkata bahwa dia menghilang beberapa waktu karena dia harus pergi ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.

Sari merasa sedih dan terpukul. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan, kecuali memberikan dukungan dan kehangatan pada Dito.

Malam itu, Sari dan Dito duduk di atap gedung di kota yang tak pernah tidur. Mereka menatap ke langit, melihat bintang-bintang yang bersinar terang. Mereka berbicara tentang hidup dan kebahagiaan, dan bagaimana hidup bisa menjadi begitu singkat dan tak terduga.

Sari tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa menghilangkan kesepian sepenuhnya, tapi dia tahu sekarang bahwa dia memiliki seseorang yang akan selalu ada untuknya, bahkan di kota yang tak pernah tidur ini.

Baca Juga: [CERPEN] Terus Terpendam

Fahri risar  Photo Verified Writer Fahri risar

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya