[CERPEN] Cerita dari Balik Pintu

Menjelajahi dunia dengan mata hati terbuka 

Pukul 10 malam, lampu di kediaman keluarga Pak Rudi masih menyala. Beberapa tetangga yang melintas mengernyitkan dahi, mencibir bahwa keluarga Pak Rudi sepertinya tidak pernah tidur.

Namun, tidak seorang pun yang mengetahui alasan sebenarnya dari kebiasaan tersebut. Sebagaimana kebanyakan orang, Pak Rudi dan istrinya memilih untuk menjaga privasi kehidupan mereka.

Sementara itu, di balik pintu kamar Pak Rudi, terdengar suara gaduh yang semakin memanas. "Kamu selalu seperti ini! Nggak pernah menghargai usaha yang aku lakukan!" terdengar suara istrinya yang terkesan kesal.

"Aku juga capek bekerja, tapi kenapa kamu selalu merasa dirimu yang paling capek?" balas Pak Rudi dengan nada tajam.

Mereka terus bertengkar hingga suara-suara teriakan dan tabrakan benda-benda kecil terdengar dari dalam kamar. Namun, tidak seorang pun yang tahu bahwa sebenarnya mereka tengah memperdebatkan hal sepele. Sepele bagi orang lain, tapi sangat berarti bagi mereka.

Pak Rudi dan istrinya telah menikah selama lebih dari 20 tahun. Namun, belakangan ini hubungan mereka terasa makin tegang. Masalah-masalah kecil yang sebelumnya tidak pernah menjadi masalah, kini terus bergulir dan menghantui kehidupan mereka.

Saat itu, Pak Rudi mengerti bahwa ia harus berbicara dengan istrinya. Ia memang merasa sedikit kesal dengan tingkah laku istrinya yang terlihat cuek dan tidak peka pada usaha yang ia lakukan. Namun, ia juga menyadari bahwa ia sendiri tidak pernah memberikan apresiasi yang cukup pada usaha istrinya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Sementara itu, istrinya merasa kesal karena Pak Rudi selalu menuntutnya untuk melakukan sesuatu tanpa memikirkan kemampuan dan keterbatasannya. Ia selalu merasa bahwa Pak Rudi tidak menghargai usahanya untuk selalu berusaha memenuhi permintaan suaminya.

Namun, ketika Pak Rudi membuka pintu kamarnya dan melihat istrinya menangis, ia menyadari bahwa kebahagiaan istrinya jauh lebih penting daripada segala hal. Ia memeluk istrinya, merangkul tubuhnya dengan erat sambil mengucapkan kata-kata manis yang membuat istrinya tersenyum.

"Maafkan aku. Aku memang seringkali tidak menghargai usahamu," kata Pak Rudi dengan lembut. "Aku ingin mengubah semuanya. Aku ingin lebih menghargai usahamu dan memperbaiki hubungan kita."

Istrinya hanya menangis sambil merangkul Pak Rudi dengan erat. Tidak ada kata-kata lagi yang perlu diucapkan. Mereka telah menemukan solusi dari masalah yang mengganggu kebahagiaan rumah tangga mereka.

Dalam beberapa hari ke depan, mereka berdua saling memberikan apresiasi dan menghargai usaha satu sama lain. Mereka berbicara dan saling mendengarkan dengan lebih baik; menghormati perasaan masing-masing. Semua masalah yang tadinya terasa besar menjadi lebih mudah untuk diatasi.

Namun, tidak seorang pun yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu kamar Pak Rudi. Mereka masih terus berpura-pura seperti biasa di hadapan orang lain. Hanya mereka berdua yang tahu bahwa di balik pintu kamar itu, ada kisah yang begitu indah dan menyentuh hati.

Baca Juga: [CERPEN] Layaknya Rel Kereta Api

FIQRAH RISAR Photo Verified Writer FIQRAH RISAR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya