#MahakaryaAyahIbu: Aku Tidak Menganggap Semua Orang Miskin Jika Mereka Punya Nasihat dari Ayah dan Ibu yang Hebat

"Contoh yang baik adalah nasihat terbaik"

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


 

Nasihat dari seorang ibu itu menenangkan, dan nasihat dari seorang ayah itu menguatkan. Inilah alasanku berbakti dan berbudi kepada ayah dan ibuku untuk membangun mahakarya demi membalas jasa keduanya karena berbagai nasehat mereka adalah inspirasiku.

Aku adalah sosok anak desa pedalaman salah satu provinsi di Indonesia, yang memiliki niat kuat dan kokoh untuk bersekolah sekalipun setiap harinya harus berjabat tangan dengan maut. Hal tersebut memang benar, tangan ini seakan tidak bosan berjabat tangan dengan maut, berpegang teguh kepada seutas tali baja jembatan gantung yang telah rusak serta menggeser kaki sedikit demi sedikit secara hati-hati bersama teman-teman pergi ke sekolah dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia. Sedikit saja lengah, maka kami akan jatuh ke sungai yang siap menghanyutkan raga ini.

Aku dan teman-teman bisa saja sampai ke sekolah dengan jalan yang lebih aman, tetapi butuh perjalanan sangat jauh dan rute yang memutar balik sepanjang dua puluh kilometer, sehingga kami sering terlambat tiba tepat waktu di sekolah. Hal inilah yang menyebabkan aku dan teman-teman memilih melewati jembatan gantung yang telah rusak karena jarak tempuh untuk sampai ke sekolah hanya delapan kilometer saja. Jikalau hujan, jembatan tersebut menjadi licin yang membuat orang tua tidak berani melepas anaknya untuk berangkat ke sekolah sendirian. Tetapi beda dengan ayah, beliau rela menggendongku sambil berenang untuk menghantarkanku ke seberang.

Orangtuaku dan orangtua teman-temanku di desa ini rata-rata adalah masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi kelas menengah kebawah dan bisa dikatakan miskin. Namun, aku tidak menganggap semua orang di desa ini miskin jika mereka punya nasihat dari ayah dan ibu yang hebat. Ayah dan ibuku bekerja sebagai petani, terkadang keduanya bekerja sampingan sebagai pemecah batu di pinggir sungai untuk menambah penghasilan keluarga.

Ayahku adalah orang yang hebat, karena nasihatnya adalah inspirasiku.

“Nak, jika kamu tidak ingin belajar, tak seorangpun yang dapat menolong kamu. Sebaliknya jika kamu memutuskan untuk belajar, tak seorangpun yang dapat menghentikan kamu.”

Itulah nasihat yang menguatkanku setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah supaya niat ini selalu kokoh untuk bersekolah serta tangan dan kaki ini selalu kuat untuk menyeberang jembatan gantung yang telah rusak demi pendidikan dan masa depanku.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Lain halnya dengan nasihat ibu yang mengispirasiku setiap menyediakan sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

“Nak, setelah makan, pendidikan merupakan kebutuhanmu. Karena pendidikanmu menentukan masa depanmu dan pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Termasuk desa ini, apabila pendidikanmu bagus, dunia saja bisa kamu ubah apalagi desa kita ini?”

Nasihat yang menenangkan dari seorang Ibu untuk pendidikan dan masa depanku.

Suatu hari aku sedang membantu ayah dan ibuku memecah batu di pinggir sungai. Masyarakat di desa ini sering mengeluhkan sulitnya mengangkut hasil panen menuju kota karena tersendatnya jalan sentra produksi yang sangat jauh. Ayah berkata, “Nak, tanah air Indonesia adalah sebuah buku yang terbuka, setiap generasi harus mengisinya dengan karya. Ayah dan ibu akan terus bekerja keras untuk pendidikanmu supaya kamu menjadi generasi yang bisa mengisi tanah kita ini dengan mahakaryamu.”

Betul itu nak, “Sukses itu bahagia, tidak hanya membuat orangtuamu bangga tetapi membuat orang lain mengakui akan kemampuanmu, serta berikan karya yang dibutuhkan oleh banyak orang. Ayah dan ibu berharap kamu akan menjadi anak yang sukses nantinya.” Tambah ibu.

“Tapi, apakah itu mungkin ayah, ibu?” Jawabku yang pesimis.

“Tidak ada yang tidak mungkin nak, karena bangunan tinggi yang kokoh tak tertandingi sekalipun berawal dari satu buah batu bata. Jangan pernah menyerah! Terus berjuang!.” Tegas ayah menguatkanku.

Sejak hari itu dan sampai saat ini aku selalu memegang teguh berbagai nasehat dari ayah dan ibuku. Kini aku telah sukses mewujudkan harapan kedua orangtuaku dan cita-citaku sebagai seorang arsitek lulusan terbaik dari salah satu Institut Teknik terbaik di Indonesia dan telah memiliki kehidupan yang sangat mapan. Aku selalu ingat akan nasehat ayah dan ibuku yang tiada henti menasehati dan memotivasi demi pendidikanku.

Nasihat mereka adalah inspirasiku, kini giliranku membalas jasa dan mewujudkan nasihat keduanya, bahwa setiap generasi harus mengisi tanah air Indonesia dengan karya dan membuat kedua orang tuamu bangga serta membuat orang lain mengakui akan kemampuanmu dengan karya yang dibutuhkan banyak orang.

Untuk ayah dan ibu, inilah mahakaryaku dari hasil jerih payahku sendiri. Sebuah Mahakarya berupa Jembatan yang memiliki desain arsitektur yang kokoh tak tertandingi. Jembatan yang dahulu sangat membahayakanku, kini telah aku ubah menjadi sebuah jembatan permanen yang kokoh dan bisa digunakan banyak orang dengan rasa aman dan nyaman termasuk ayah dan ibuku. Inilah Mahakaryaku untuk ayah dan ibuku sebagai wujud nasehat-nasehat mereka terdahulu kepadaku. Aku bisa memberikan sebuah mahakarya ini karena ribuan nasehat hebat dari ayah dan ibuku. karena nasehat mereka adalah inspirasiku.

Firman Hidayat Ahoy Photo Writer Firman Hidayat Ahoy

​Nama : Firman Hidayat Profesi : Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bengkulu Alamat : Pondokan Sekundang Setungguan Nomor 7. RT.19 RW.02 Kel. Kandang Limun Kec. Muara Bangkahulu Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu 38122 email : firmanhidayata@gmail.com Nomor Telepon : 089694933994

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya