[CERPEN] Hello, Yesterday (Bagian 2)

Ritual harian menjajaki para cogan

Wajahnya bersinar bak pancarkan aura eksotisme Latin yang sama sekali tak terdefinisikan.

“Amalia! Bangun! Jangan sampai aku dimarahi Ibu gara-gara kamu!”

Merasa terusik, ibu Amelia menyahut dari dapur, “Kakak! Kenapa teriak-teriak, sih?”

“Tadi, kan, Ibu suruh aku panggil Amalia.”

“Ya, gak usah pakai teriak segala. Malu sama tetangga. Datangi kamarnya!”

“Ibu ini, lho. Gak pagi, gak malam, selalu aja marah-marah.”

Amelia yang naik ke lantai atas sudah sampai di depan kamar adiknya, Amalia. Ia membuka pintu dan berteriak, “Woi! Bangun! Udah jam enam!”

Cara tersebut sama sekali tak diindahkan oleh adiknya. Amalia tak bergerak satu senti pun dan tetap tidur. Di waktu yang bersamaan, Mi-chan–kucing yang katanya kesayangan–menghampiri.

Sebuah ide gila muncul di pikiran Amelia. Ia pun menggendong kucing gembul tersebut dan memasukkannya ke dalam selimut Amalia. Merasa terancam, Mi-chan panik dan mencakari tubuh Amalia.

“Aw! Sakit!”

Dalam teriakannya, Amalia melempar Mi-chan ke udara. Sempat-sempatnya kucing tersebut berpose saat di udara. Ia kemudian mendarat dalam posisi sempurna. Dengan sombongnya, Mi-chan berlenggak-lenggok menuruni tangga.

Akhirnya, si Adik bangun juga. Masih dalam selimut, Amalia menghampiri kakaknya dan menghadiahkannya sebuah jari tengah.

“Makasih udah bangunin,” kata Amalia sambil membanting pintu kamarnya.

Begitulah rutinitas di rumah Amelia setiap hari: sudah ribut bahkan sejak pagi. Bukan karena pertengkaran atau bagaimana, keluarga ini cuma terlalu bar-bar saja. Mulai dari Amelia, adiknya, ibunya, dan bahkan Mi-chan, semuanya 'keras'. Berbeda dengan ayah Amelia yang kalem. Entah bagaimana laki-laki itu bisa bertahan di rumah tersebut.

“Kami pergi, ya, Bu!”

“Hati-hati di jalan!” ucap Ibu di pintu.

Hari ini kembali sekolah seperti biasa. Amelia sangat benci ketika selesai UTS. Sebab, otak yang masih belum fresh harus dipaksa untuk belajar kembali.

“Kakak kenapa gak dijemput sama dia?” Amalia bertanya sembari memakai sepatu.

Amelia bingung.

“Itu, lho. Cowok yang setiap hari kakak pandangi di handphone.”

“Oh. Ehm… Dia itu cuma-”

“Pacar? Tunangan? Suami? Kekasih gelap?” sambar Amalia.

"Dia bukan siapa-siapa, lho.”

“Masa, sih?”

Entahlah. Amelia pun tak tahu apa hubungan antara dirinya dan laki-laki yang ia suka itu. Namun yang pasti, sejak kedua mata memandangnya, perempuan tersebut seolah terpaut hatinya. Itu semua bermula saat teman-temannya yang absurd nan gila sedang berada di dekat jendela.

Flashback on

"Kalian lagi ngapain, sih?"

Tampak tiga orang perempuan muda. Setiap istirahat ataupun jam kosong tiba, sisi jendela jatuh di bawah kekuasaan mereka. Ini semata-mata untuk menjalankan ritual harian mereka. Ya, ritual harian menjajaki para cogan.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Sekiranya kamu penasaran, mereka adalah 'Trio FELis' alias 'Trio Felisa, Elisa, dan Lilis'. Entah kenapa Amelia bisa sampai berteman dengan sekumpulan bocah aneh tersebut. Sedetik, mereka bisa bertengkar. Sedetik lagi, mereka berpelukan, nari tortor, dan berbaikan seperti tak terjadi apa-apa.

“Oh,” kata Amelia setelah mengetahui jawabannya. “Aku bingung kenapa kalian terus-”

“Amel, shut up! We’re being serious right now!” ketus Elisa–teman absurd, sembari mengipasi wajahnya.

“Menurutku, dia mirip banget sama Lee Minho, deh,” kata Lilis–teman absurd 2.0, memegangi dagunya.

“Apa maksud dari perkataan Anda itu?! Lee Min-hock sudah tua," Elisa menyahut, merasa tak terima. "Dia, tuh, mirip Kento Yamazaki. Oh, Kento... Honto ni aishiteru yo…” lanjutnya, baper super.

No! Seonbae itu jauh lebih mirip sama Taehyung BTS. Gachi itgo shipeo, oppa!” teriak Felisa, si Felis tigris.

“Yang benar saja.”

Perdebatan 'Trio FELis' terhenti sejenak oleh kalimat tersebut. Ketiganya langsung berbalik badan ke sumber suara. Pernyataan tersebut berasal dari Angga, laki-laki berkacamata yang... begitulah. Sungguh berani dirinya mengacaukan ritual harian mereka.

“Dia itu tak setampan pria yang sedang berbicara ini,” ucap Angga begitu pede sambil memperbaiki posisi kacamatanya.

Semua orang di kelas, mulai dari yang sibuk bermain gadget, mengenang doi, dan bahkan yang sedang di luar, langsung mual semual-mualnya. Namun, Felisa begitu membara. Nampaknya, perkataan Angga bagaikan sebuah hinaan di telinga perempuan itu.

“Harap menjauh. Ada harimau mengamuk,” Elisa memperingatkan.

“Kau sebut dirimu lebih tampan daripada seonbae tercintaku?!” tanya Felisa dalam amarah besar kepada Angga. “Gak ada yang boleh menandingi dia!”

Teriakan Felisa sontak memecahkan kaca di setiap kelas. Bukan hanya itu saja, tangis Angga pun pecah lantaran kepalanya benjol setelah menerima pukulan dari Felisa, yang juga dikenal sebagai One Punch Girl

“Sialan.” Ucapan Elisa mengalihkan perhatian semua orang. Dirinya tampak begitu khusyuk memandang ke luar jendela kali ini.

“Kenapa, El?” tanya Lilis.

"Ada mangsa yang lebih lezat lagi ternyata." Elisa menujuk ke seseorang yang sedang berbincang-bincang dengan temannya di sebuah bangku panjang.

Biasanya, Amelia tak menggubris apa yang dilakukan teman-temannya itu. Namun, kali ini, ia penasaran. Tatkala netranya mendarat pada laki-laki tersebut, Amelia ingin terus memandanginya.

Seperti ada zat yang memanggil dan membuatnya teradiksi. Bagi Amelia, wajah laki-laki tersebut bersinar bak pancarkan aura eksotisme Latin yang sama sekali tak terdefinisikan.

“Oh... Dia, mah, Raka. Dari kelas 2-IPA 1." Felisa tiba-tiba nongol. "Kalau aku, sih, deket sama dia.”

Impossibru!” Elisa begitu terkejut.

“Yah… Kenapa harus seangkatan, sih? Kan, kita udah komitmen supaya mengincar kakak-kakak kelas ajah,” jelas Lilis.

“Tapi, dia femes, lho. Dia juga selalu juara satu di kelasnya.”

“Hmm… Because he's handsome and clever, dia pengecualian, Guys," kata Elisa, tergelak.

“Kalau begitu, karena kamu udah kenal sama dia, kamu gak boleh ngincar dia, ya, Fel,” timpal Lilis.

Felisa naik pitam lagi dan berkata, “Enak aja! Lewati dulu mayatku baru kamu bisa sabet dia!”

Amelia masih hanyut dalam lamunannya. Serasa dirinya dalam dilema. Di satu sisi, ia memang suka. Di sisi lain, ia tak mau terlalu mudah jatuh cinta lagi. Yang ada, malah akan berakhir sama seperti masa-masa yang lalu lagi.

- Bersambung ke "Bagian 3: Nostalgia Mantan-Mantan Amelia"

Baca Juga: [CERPEN] Hello, Yesterday (Bagian 1)

E N C E K U B I N A Photo Verified Writer E N C E K U B I N A

Mau cari kerja yang bisa rebahan terus~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Atqo

Berita Terkini Lainnya