[CERPEN] Misteri Hilangnya Mangga Kek Ringkih

Pelakunya sungguh tak terduga!

Semua mata tertuju pada dua orang dengan perbedaan fisik yang signifikan. Di sisi kiri, ada seorang kakek yang sudah bau tanah. Namanya, Kek Ringkih. Di sisi kanan, ada seorang pria muda yang sedikit tampan dan diidam-idamkan oleh perempuan di desa tersebut.

Suasana di rumah Pak RT semakin sesak dan panas saja. Sebab, mulai dari ibu-ibu penggosip, para bocil, ABG, dan nenek yang sudah duduk di kursi roda pun ikut menyaksikan perdebatan itu.

“Sudah bertahun-tahun aku tinggal di sini dan aku tak pernah kehilangan satu pun mangga-mangga kesayanganku,” ucap Kek Ringkih. “Aku sangat yakin, pria yang tak seberapa inilah yang mencuri mangga-manggaku,” lanjutnya.

“Sudah berkali-kali ku bilang, bukan aku pencurinya! Aku juga tak berada di sekitar rumahnya saat itu,” jelas pria muda itu.

Merasa tak terima, lelaki tua itu lantas membanting tongkat yang ia pegang dan berkata, “Pembohong! Itu pasti kau! Aku ingat ciri-ciri si pelaku. Berkulit putih, tubuhnya tinggi, dan kelihatan masih muda. Tak ada warga desa yang memiliki ciri-ciri itu selain kau!”

Menyambung keresahannya, Kek Ringkih pun menceritakan kesaksiannya selama ini. Beberapa hari yang lalu, ia melihat ada seseorang, sebut saja Mister X, yang mondar-mandir sembari memandangi pohon mangga miliknya. Cukup mencurigakan, tapi si Kakek tak mengindahkan.

Selang beberapa hari selanjutnya, lelaki tua tersebut mendapati Mister X menyelinap masuk ke pekarangan rumahnya. Tak tanggung-tanggung, orang itu memanjat pohon dan mencuri beberapa mangga. Kek Ringkih, dengan singlet dan sarung kotak-kotak, yang awalnya kebelet ke kamar mandi refleks keluar dan berteriak "Maling! Maling!"

Pak RT yang menjadi mediator bertanya, “Kakek yakin kalau dia memang pencurinya? Bisa jadi, yang Kakek lihat itu ternyata-”

“Sudahlah! Hentikan omong kosong ini! Langsung saja hukum dia!," tukas lelaki tua itu.

“Tunggu dulu!”

Sebuah suara menggelegar tetiba muncul. Ternyata, suara itu berasal dari seorang gadis. Dia berjalan ke dalam dengan kepayahan karena ada banyak orang di rumah Pak RT. Gadis tersebut adalah cucu dari Kek Ringkih.

Sebelumnya, si Cucu diminta menjaga rumah. Namun, sadar kalau si kakek menghilang, ia pun pergi menyusuri seisi desa. Kebetulan, rumah Pak RT sedang ramai. Ia pun nimbrung dan malah berjumpa dengan kakeknya yang menyusahkan itu.

“Pria ini tidak bersalah!" ucap gadis itu dengan lantang.

Semua orang terkejut. Yang awalnya orang-orang sudah bosan, menjadi berbalik melihat lagi. Bahkan, nenek yang ada di kursi roda tadi tersentak dan menjadi terbangun. Muncul drama baru antara seorang gadis yang berdiri di antara dua lelaki. 

“Saya yang bersalah. Saya menyuruh seseorang untuk mengambil mangga kakek saya. Lalu, menyuruhnya untuk menjualnya. Dan hasilnya saya bagi rata antara kami berdua,” terang si Gadis ke semua orang.

“Tunggu sebentar. Kakekmu bilang kalau pria inilah pencurinya. Apa kamu mengenalnya dan apa dia yang kamu suruh?” tanya Pak RT ke gadis tersebut.

“Saya memang mengenalnya, tapi bukan dia yang saya suruh.”

Pak RT jadi penasaran. Ia lantas menyuruh gadis itu untuk berbicara. Mulailah ia bercerita panjang lebar. Jadi, di suatu hari, Kek Ringkih merasa kalau penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Sedih melihat kakeknya murung setiap waktu, gadis itu berinisiatif untuk membantunya. Sayangnya, penghasilannya pun belum tentu bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, konon lagi untuk membantu kakeknya.

Kemudian, ia mendapatkan sebuah ide gila, yakni menjual mangga-mangga kakeknya. Itu sebabnya si gadis menyuruh seseorang untuk 'mencuri' dan menjual mangga milik Kek Ringkih.

“Kira-kira begitu ceritanya, Pak.”

“Hei, kalau soal itu, aku sudah tahu," ujar Kek Ringkih. "Yang sekarang ku permasalahkan adalah-”

“Tunggu. Kalau Kakek sudah tahu orang yang mencuri mangganya, kenapa masih dipeributkan?” potong Pak RT.

“Tentu saja aku tahu. Aku pernah melihat cucuku bersama orang asing mengambil mangga di depan rumahku saat malam. Dan aku mendengar mereka ingin menolongku. Tapi, yang kupeributkan sekarang adalah soal pencurian mangga-manggaku dua hari yang lalu.” ungkap si Kakek.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Setelah lama bungkam, pria muda tadi buka suara. “Kakek bilang, cuma aku yang mirip ciri-ciri si pencuri. Kalau dipikir-pikir, Bu RT juga berciri-ciri seperti itu, tuh.”

Semua mata tertuju pada Bu RT sekarang. Para warga kembali terkejut, terlebih melihat perempuan yang selama ini dengan tenangnya memakan mangga besar manis.

“Itu manggaku! Tidak salah lagi, dia pelakunya!” kata Kek Ringkih, menunjuk Bu RT.

“Enak saja," tepis Bu RT. "Ini saya dapat dari Bu Rika. Dia yang kasih ke saya. Iya, kan, Bu Rika?” 

Semua mata berbalik menuju Bu Rika.

“Ehm, iya, sih. Tapi, bukan saya pelakunya! Suwer. Malahan, saya sebenarnya dikasih..."

Bu Rika tampak gelagapan. Matanya lalu melintas pada Pak Jiman.

"Pak Jiman! Iya, dari Pak Jiman. Bapak itu yang kasih kepada saya.” sambung Bu Rika.

Kemudian, perhatian menuju Pak Jiman.

“Lho? Kok, jadi saya? Sa-saya malah kasih ke Ucup,” kata Pak Jiman, keringat bercucuran ke sekujur tubuhnya.

Tak disangka, Ucup, anak kecil lugu nan polos dengan pakaian dekilnya, tertuduh. Ia hanya diam terpaku dan terpelongo.

“Sudahlah, Cup. Ngaku aja. Lagipula, kamu, kan, sering maling sandal di masjid. Sandal aja kamu curi, apalagi mangga Kek Ringkih,” ujar Bang Black.

“Lah, sampean kenapa malah nyalahin anak saya? Dia ini anak baik-baik, lho,” sambar Bu Dijjah selaku ibu Ucup.

“Alah, paling-paling si Black yang curi mangga itu. Makanya, dia tuduh si Ucup,” sahut Pak Regar dengan logat Bataknya.

Semua warga saling menyalahkan satu sama lain. Rumah Pak RT pun menjadi arena adu perdebatan sehingga suasananya menjadi sangat ribut.

“Sudah cukup!" ucap Pak RT. "Biar masalahnya beres, saya yang akan mengganti semua mangga Kek Ringkih yang hilang. Dan karena saya RT yang baik, warga lain juga bakal kebagian mangga.”

Mendengar ini, para warga pun bersorak-sorak dengan gembiranya. Mereka pun memutuskan pulang tanpa menghiraukan titik terang dari kasus pencurian tersebut.

***

“Hampir aja terbongkar. Kalau iya, bisa bahaya bisnis Mama, nih. Tapi, kenapa Papa mau kasih mangga gratis sama warga lain? Kita rugi, dong.”

“Ini semua supaya Papa bisa terus jadi RT di sini. Memangnya, Mama gak senang?”

“Senang, dong. Ya udah. Besok, Mama suruh Roy bawa banyak mangga dari tempatnya, ya?”

“Lho, Mama, kok, tiba-tiba baik banget? Jarang-jarang begini. Makasih, ya, Ma.”

“Iya, Pa. Tapi, Papa tetap gak boleh tidur di ranjang malam ini. Mama masih kesel. Huh.”

“Yah, kok, gitu, sih?”

Baca Juga: [Cerpen] Balada Kurir Cinta

E N C E K U B I N A Photo Verified Writer E N C E K U B I N A

Mau cari kerja yang bisa rebahan terus~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya