[CERPEN] Belajar Mencintai Monster

Sebuah resep sempurna untuk mencintai diriku sendiri

Tidak pernah terpikir olehku jika pada suatu ketika harus berurusan dengan sesosok monster. Ya, monster yang begitu buas, gelap, dingin, dan ia mampu menghisap kebahagiaan orang-orang di sekitarnya bahkan kebahagiaannya sendiri.

Sudah barang tentu kalian tidak bisa membayangkan bagaimana caraku berdampingan dengan sesosok monster bertahun-tahun lamanya, mungkin tidak untuk satu menit sekalipun. Jauh saat hari-hariku masih setenang danau tak beriak, sedikitpun aku tidak pernah membayangkan berkenalan dengan monster apalagi sampai harus berdekatan dengannya. Aku dan kalian, kita adalah sama, hanya menginginkan apa yang kita inginkan, tidak pernah membayangkan apa yang tidak kita inginkan datang menghantui kita.

Kau tahu? Semakin aku tidak menginginkan sesuatu mendekat ke arahku, semesta selalu mengabulkan kebalikannya. Hidupku selalu selucu itu.

Kau pasti bertanya-tanya apa yang tidak kuinginkan? Aku tidak pernah menginginkan monster itu datang kepadaku. Bertahun-tahun aku selalu menjaga jarak dengannya, memastikan kami berdua berada pada jeda yang aman, bahkan jika suatu ketika ia berlari ke arahku, maka aku sudah memiliki tempat persembunyian yang aman.

Aku terlalu percaya diri berada pada jarak yang aman.

Siapa yang menyangka, kalau sesaat demi sesaat, monster itu semakin mendekat ke arahku, membuat jarak di antara kami semakin mengecil, dan bahayanya membuatku dengannya harus berdampingan setiap waktu.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Monster itu selalu berada di dekatku ketika aku membuka mata, aku melihatnya di manapun, bahkan tidak terkecuali ketika aku tidur. Ia seperti menetap di dalam mataku. Aku takut, karena ia selalu muncul di pelupuk mata ini, tanpa aku pernah menghendakinya. Pernah suatu ketika aku berlari menjauh darinya, namun tidak bisa,terasa mustahil, seperti berlari dari bayanganku sendiri.

Ketika menutup mata tidak lagi bisa mengusir ketakutanku, lantas aku memutuskan untuk tidak menghindarinya, berdamai dengannya, bersahabat dengan sang monster. Saat aku memutuskan untuk menerima monster itu, perasaan takut menghilang sedikit demi sedikit, berganti dengan perasaan menenangkan bersamanya.

Aku semakin terbiasa dengannya, sesekali kami bercermin bersama, membandingkan diriku dengan dirinya. Ada hal luar biasa yang kutemukan, ada banyak persamaan yang kulihat diantara kami, aku baru menyadarinya kalau kami berdua begitu serupa, sampai aku sulit membedakan mana diriku dan mana monster yang pernah aku takuti itu.

Baru sebentar berkenalan denganmu, aku menemukan banyak hal tak terduga, seperti kamu yang bisa menghilang, perlahan-lahan menjauhiku ketika aku mulai dapat menerimamu, namun sebaliknya engkau akan mendekat ketika aku mengharapkan kau pergi untuk selama-lamanya.

Aku bingung harus bersikap seperti apa. maka kuputuskan untuk mencintai monster itu. Mencintai untuk waktu yang tidak bisa kutentukan, mencintai tanpa syarat, seperti cinta putih seorang ibu yang hanya memberi tak harap kembali.

Ternyata mencintai sesosok monster adalah resep sempurna untuk mencintai diriku sendiri.

Baca Juga: [CERPEN] Violeti

Gemala Ranty Photo Writer Gemala Ranty

Masih tersesat diantara aksara

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya