[PROSA] Ayat-Ayat Rindu Dalu 

Surat yang tak terkirim 

Ketika larik senja mulai disenandungkan para pujangga, apa kabarmu? Ketika ombak merangkak pantai lebih jauh, sudah beristirahat kah kamu? Ketika suara jangkrik melengking di dusunmu, apa makanan sudah tersaji untukmu?

Metropolitan tempat aku berteduh mulai gerah, panas karena petang hendak hujan. Aku tidak keluar untuk menikmati senja, karena dipastikan jingga telah disembunyikan awan kelabu. Senja tanpa jingga kurang lengkap rasanya.

Mandala paling sedap untuk rebahan telah berhasil membuat aku lelah memaki diri sendiri atas diri yang tidak produktif. Dukuh paling terang tak terhalang bangunan tinggi mungkin membuatmu lebih produktif. Sudikah kau membagi semangat itu untukku?

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Ketika bintang-bintang mulai menghantam setan demi menentramkan langit, mematuhi perintah Tuhan, masih terjagakah kamu? Kita memandang rembulan yang sama. Aku menunggu sebuah purnama. Supaya ketika tiba bagi kita untuk berjumpa, kita dapat menceritakan purnama yang sama.

Ketika kantuk mulai membelai matamu, ijinkan pintu mimpi terbuka untukku. Aku berminat singgah di mimpimu, bersamamu, mengindahkan lelapmu.

Sekian ayat-ayat rindu ini aku suratkan. Tersurat hari ini, tersirat sepanjang hari, dengan penuh kasih, tertanda, 'siapamu'.

Baca Juga: [PROSA] Perihal Jatuh dan Penyesalan Tak Berguna

Harivani Nurwiyati Photo Verified Writer Harivani Nurwiyati

Beberapa hal tak terduga dititipkan melalui orang tak terduga di waktu yang tak terduga

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya