[REVIEW] Pergi: Dilema Bertahan atau Resign

"Kamu akan pergi ke mana, Nak?” (Tere Liye, 2018)

Judul : Pergi
Penulis : Tere Liye
Co-author : Sarippudin
Penerbit : Republika Penerbit
Cetakan : Keempat, Juni 2018
Tebal : iv+ 455 halaman
Harga : Rp 79.000,-
ISBN : 978-602-5734-05-2

1. Novel aksi tentang lika-liku hidup para pelaku shadow economy

[REVIEW] Pergi: Dilema Bertahan atau ResignDok. Pribadi

Jika ditilik dari segi judul, Pergi bagi banyak orang mungkin lebih terdengar seperti kisah-kisah romansa yang selama ini banyak ditulis Tere Liye, demikian pula dengan seri pertamanya yang berjudul Pulang.

Maka tidak heran, siapapun yang membaca Pergi tanpa membaca buku pendahulunya, tidak akan menyangka bahwa seri novel Tere Liye kali ini merupakan novel aksi yang mengisahkan lika-liku hidup para pelaku shadow economy.

Melalui kedua novel tersebut, yang selanjutnya akan menjadi tiga atau lebih, Tere Liye seakan berkata kepada para pembaca bahwa ia adalah penulis segala genre. Sebelumnya, ia pernah menulis novel anak dan keluarga, politik, sejarah, percintaan, sampai fiksi fantasi. Sekarang, ia merambah genre aksi.

Namun demikian, ada satu kesamaan di antara beberapa karya Tere Liye, ia cukup konsisten mengangkat tema-tema teori konspirasi atau sesuatu yang tersembunyi dan bersifat rahasia. Itulah yang juga menjadi tema utama dalam Pergi, di sini dikisahkan sekelompok orang yang menyetir perekonomian dunia dari balik layar. 

Ada tujuh miliar penduduk di dunia saat ini, nyaris tujuh miliarnya tidak tahu tentang fakta jika ada kelompok yang mengendalikan ekonomi bayangan dunia, shadow economy. Apa itu shadow economy? Itu adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam. Black market, underground economy. (hal.38)

2. Sebuah kisah persimpangan hidup: bertahan atau resign?

[REVIEW] Pergi: Dilema Bertahan atau ResignDok. Pribadi

Jika pada seri pertamanya, Bujang sang tokoh utama diceritakan sebagai tukang pukul atau kurang lebih semacam bodyguard di Keluarga Tong, maka kini pada buku seri kedua ia telah naik pangkat menjadi Tauke Besar, pemimpin tertinggi salah satu dari delapan keluarga shadow economy di Asia Pasifik.

Bersama Bujang, pembaca bisa ikut serta keliling negara-negara kawasan itu, sebut saja Meksiko, Jepang, Rusia, Cina, dan tentu saja Indonesia yang dalam buku ini lebih sering disebut dengan nama pedalaman Sumatera, kota kita, atau Ibu Kota Provinsi. Sedapnya lagi, perjalanan tersebut juga disertai pula dengan wisata kuliner yang memainkan imajinasi pembaca tentang makanan sampai-sampai menimbulkan air liur.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Pada sebuah kuliner sop ikan di perkampungan nelayan tempat sekolah agama milik pamannya, Tuanku Imam, Bujang kemudian mendapatkan wejangan sekaligus pertanyaan yang menghantui hari-harinya selama memegang tampuk kekuasaan tertinggi Keluarga Tong. 

Itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. Kamu akan pergi ke mana, Nak?” (hal. 86)

Persimpangan yang dimaksud Tuanku Imam berkaitan erat dengan pekerjaan Bujang. Singkatnya, Bujang adalah bos besar mafia yang dituntut untuk bertindak kejam dan bengis demi menjaga keselamatan bisnis dan anak buah yang berdiri setia di belakangnya. Namun demikian, didikan agama dari ibunya, Midah, yang ia dapat waktu kecil dulu ternyata masih menyisakan sedikit ruang di dalam hatinya, suara batinnya menentang semua perbuatan tercela.

Bujang mewakili perasaan banyak millenial ketika berada di antara dua pilihan, bertahan di pekerjaan sekarang yang kurang sesuai dengan passion atau resign menuruti kata hati nurani, alias ‘pergi’ dan membangun jalan hidup baru dimulai dari titik nol kembali. Baik bertahan atau pergi, semua tergantung dari tujuan hidup masing-masing orang. Siapapun boleh saja bertahan dan boleh saja pergi, tidak pernah ada rumus mutlak untuk hal ini.

Dalam perenungan itu, Bujang menghadapi situasi genting. Master Dragon, keluarga shadow economy di Beijing, memicu perang di Asia Pasifik. Maka Bujang perlu hati-hati dengan setiap langkah yang akan diambil, berpikir masak-masak sebelum memutuskan pilihannya apakah bertahan atau pergi, sambil terus menjalankan misi mencegah perang besar.

3. Meski seru, ada beberapa kisah yang masih kurang

[REVIEW] Pergi: Dilema Bertahan atau ResignDokumentasi Pribadi

Satu hal yang sangat ganjil dari perjalanan Bujang adalah surat-surat kakak tirinya yang ditujukan untuk sang ayah, Samad. Terlepas dari ke-absurd-an bahasa suratnya yang malah melebur ke dalam bahasa novel itu sendiri, kata-kata sang kakak tiri sedikit banyak mempengaruhi keputusan bertahan atau pergi yang kelak diambil Bujang.

Hal lain yang cukup mengganggu di buku ini adalah spoiler buku-buku Tere Liye sebelumnya, diletakkan tepat di tengah-tengah kalimat dan paragraf. Ini mencederai cerita Pergi itu sendiri. Sebagian orang membaca buku untuk sejenak pergi meninggalkan realita yang pahit. Adanya spoiler-spoiler itu seperti tombol off, menghancurkan dunia imajinasi yang dibangun pembaca ketika ia mulai membuka buku, menyeretnya kembali ke realita yang tadinya ingin ia lupakan sebentar.

Sebagai novel aksi, Pergi tidak kalah epik dari adegan mendebarkan di film-film Hollywood. Kejujuran Tere Liye dalam menggunakan co-author di sini patut diapresiasi, namun mungkin perlu dipertimbangkan kembali untuk karya-karya selanjutnya. Bagaimanapun, tetap saja ada gap antara penulis senior dengan penulis pendatang baru. Untuk beberapa alasan, hal ini rawan mengusik kenyamanan pembaca.

Sementara Bujang, pada banyak sisi kehidupannya mungkin memang jauh dari realita yang dihadapi kalangan millenial, namun ia sedikit banyak merepresentasikan perasaan generasi millenial di usia kerja. Betapa seorang bos besar pun ternyata mengalami kecemasan tentang pekerjaannya yang sudah mapan.

Apapun memang bisa sewaktu-waktu menghadang di tengah jalan, sehingga seseorang perlu menilik kembali apa yang sebenarnya dia cari dalam hidup ini. Sebagai catatan pula, keterlibatan orang-orang sekitar seperti keluarga, rekan kerja, teman dekat, sampai kompetitor punya andil besar dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk bertahan atau pergi dari sebuah pekerjaan.

Baca Juga: [REVIEW] Novel Resign!: Dilema Antara Benci dan Cinta

Henny Alifah Photo Verified Writer Henny Alifah

anakucing

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya