[CERPEN] Lelaki Berdasi

Ini memilih teman hidup, bukan sekadar bertualang

Semakin menemui usia dewasa, kalian pasti akan menyadari bahwa mencari teman hidup bukan persoalan tampang saja. Apalagi sekadar berdasi, mungkin di matamu berdasi bisa menjadi indikasi kemapanannya. Tapi siapa yang tahu kalau itu cuma pencitraan diri. Jangan terlalu mudah untuk percaya. Kalau pun itu sebuah kebenaran tak mengapa. Harta bukan sebuah jaminan untuk datangnya kebahagiaan.

Mengapa kalian harus takut akan kemiskinan? Percayalah, harta bisa dicari. Sebuah gelar atau ribuan gelar pun bisa diraih asal kita berusaha dan menyelipkan doa dalam sebuah pengharapan. Setidaknya aku meyakininya. 

Buatku menemukan pasangan hidup itu tentang seseorang yang siap menemanimu hingga akhir. Sampai saat rambutmu mulai memutih, hingga tak berdaya lagi. 

Memasuki usia dua puluh sembilan tahun, ambang batas memasuki kepala tiga yang diwanti-wanti para tetua untuk segera menikah justru membuatku semakin selektif untuk memilih pasangan hidup. 

Aku menyadari untuk memasuki mahligai itu bukan hanya sekadar bermodalkan cinta saja. Ada banyak aspek lain yang harus dimiliki untuk membuat cerita itu berakhir hingga maut memisahkan. 

Ini kutuliskan bukan berdasarkan asumsi semata. Aku telah melaluinya. Nama lelaki berdasi itu Deandro Denvers, seorang manager di salah satu hotel berbintang ibu kota. Bukan sekedar manager biasa lelaki yang dipanggil Andro oleh teman dan kerabatnya itu juga merupakan alih waris Danvers Property, salah satunya hotel tempatnya bekerja sebagai manager. 

Andro tidak memulai kariernya langsung dari atas, ia melalui semua tahapan layaknya karyawan lainnya. Wajahnya pun menawan, bisa dibilang dia masuk dalam kategori calon suami idaman para wanita dan mertua. 

Ketika Andro datang padaku, tentu membuatku mulai berpikir untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Membuatku memikirkan untuk menuju sebuah pernikahan. Lelaki tampan dan mapan, dengan dukungan keluarga dan sahabat  apalagi yang membuatku menunggu?

Kami pun memasuki tahapan itu. Merencanakan sebuah masa depan. Sampai pada saat berjalannya waktu, aku mulai mempertanyakan tentang sebuah komitmen yang tak bisa  kugenggam karena tak kasat mata. Keraguan perlahan datang, membuatku mempertimbangkan segala sesuatunya. 

Apa salah aku memilih? Ini bukan perkara sementara. Jika aku memilihnya maka, aku harus menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Apa dia yang telah memiliki segalanya, mampu menjadikan aku wanita satu-satunya? 

Jika kalian menganggap keraguanku ini, hanya karena merasa insecure akan masa depan yang tak pasti, tentu kalian salah besar. Aku bukan wanita pencemburu dan mengikuti ke mana pun Andro pergi. Aku mencintainya, aku juga mempercayainya. Andro punya kebebasan penuh atas hidupnya, tanpa ada manuver dariku. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Andro bukan laki-laki sempurna seperti yang terlihat dengan kasat mata. Mereka hanya melihat Andro sang ahli waris dan ketampanannya. Mereka tidak pernah tahu betapa menjengkelkannya Andro, berapa sering dia membatalkan janji dan berapa banyak kencan yang gagal. Aku yang merasakannya. 

Oh, ya, satu lagi kalian tak pernah tahu berapa banyak wanita yang meramaikan hidupnya selain aku. Aku tahu itu, tapi mendiamkannya saja. Karena kupikir di mana ada gula pasti ada semut. Selama Andro menjadikanku tempatnya pulang, itu takkan menjadi masalah. 

Beberapa pertemuan tidak dirahasiakan oleh Andro dan ada juga yang dirahasiakan tapi sayangnya aku juga tetap tahu. Pada puncaknya menjelang pernikahan kami Andro pergi ke luar kota, dia mengatakan untuk urusan pekerjaan. Tanpa berpikir yang aneh-aneh aku membiarkan diriku sibuk dengan semua urusan pernikahan dan membiarkan Andro berkonsentrasi dengan pekerjaannya. 

Tapi kenyataannya, dia di luar kota sedang bersenang-senang dengan wanita lain. Bagaimana aku tahu? Selama ini aku tidak menjaga Andro dengan aksi yang protektif, tapi aku menjaganya dalam doaku. Sejak memutuskan untuk menjawab "Ya" pada saat Andro melamarku, semakin sering aku mendoakannya. 

Bahkan aku telah mempersiapkan hatiku untuk sebuah jawaban Tuhan yang mungkin berbeda dengan kerinduanku. Aku menerima semua baik dan buruknya Andro, tapi tidak untuk pengkhianatannya. Aku memaafkannya, tapi takkan melanjutkan semua yang sudah kami rencanakan. Aku menyerah, aku harus berputar arah menemukan jalanku sendiri tanpa Andro. 

Kalian harus tahu jatuh cinta itu hanya sementara, entah sampai sejauh mana ia bisa bertahan untuk tetap mencintai. Di kemudian hari yang tertinggal hanya ada rasa sayang dan empati. Itu yang akan membuat kita tetap tinggal untuk  bertahan saling terbiasa bersama. Bukan lagi perkara cinta. 

Kemapanan mungkin penting untuk memenuhi kebutuhan, tapi yang paling penting dari sebuah hubungan adalah komitmen, kepercayaan, dan kesetiaan. Karena cinta bisa menguap kapan saja komitmenlah yang membuatmu bertahan. Godaan juga akan selalu ada di mana saja, kesetiaanlah yang bisa membuatmu bertahan hingga bisa terus mendapatkan kepercayaan. 

Janji manis bisa saja terus terucap, tapi tak selalu berbuah manis. Jadi jangan biarkan hatimu terlalu percaya, ada kalanya perlu membiarkan diri kita curiga untuk membuka mata melihat kenyataan bukan impian.***

 

© Chesamstory 

Baca Juga: [CERPEN] Yang Hilang Bersama Hujan

Caroline Sambuaga Photo Verified Writer Caroline Sambuaga

I am a creative director of my dream(s) Twitter & Instagram : @che_sam Wattpad : @chesamstory Blog : www.chesamstory.wordpress.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya