[CERPEN] Lukisan Mawar Merah

Senyuman Maryam mengembang, sebelum ia menyadari satu hal

Suara ketukan pintu terdengar memecah keheningan. Jam menunjukkan pukul satu post meridiem. Tidak ada aktivitas apa pun di luar rumah di tengah sinar matahari yang memancar terik. Bukankah waktu yang baik untuk tidur siang?

Barangkali itulah alasan mengapa suasana terasa sunyi. Namun, tidak bagi Maryam. Pukul satu post meridiem, perempuan itu baru saja hendak memasak. Menyiapkan bahan-bahan yang ia beli pagi tadi di toko swalayan. Baru saja hendak memotong daun bawang, sebelum ketukan pintu terdengar.

Maryam berjalan ke arah pintu, membukanya, dan mendapati sosok pemuda berdiri di hadapannya dengan sebuah paper bag berwarna pastel. Warna favoritnya.

“Alif." Perempuan itu menatap laki-laki di hadapannya dengan sangsi. Bukan karena ia tidak menduga bahwa Alif yang datang berkunjung, tetapi karena wajah pemuda itu, wajah yang terlihat begitu pucat pasi. “Silakan masuk.” Maryam buru-buru berucap sembari membuka pintu lebih lebar dan membiarkannya.

Alif menggeleng, “Tidak akan lama, kok. Aku juga harus ke office setelah ini. Hanya ingin memberikan ini, untukmu, sebagai hadiah kelulusan. Sekali lagi selamat, Maryam!” Alif tersenyum, wajahnya terlihat sedikit lebih baik. Ia menyodorkan paper bag itu kepada Maryam.

“Terima kasih banyak.” Maryam menerima paper bag itu. "Tapi, kau tidak apa-apa, kan, Lif?” Pertanyaan retoris sebenarnya. Dari wajah Alif yang pucat, jelas pemuda itu tidak sedang baik. Mungkin sakit?

Alif agaknya memahami pertanyaan Maryam. Namun, ia segera menggeleng. Bilang hanya sedikit tidak enak badan. Baiklah. Perempuan itu tidak ingin berkata dan bertindak banyak. Hubungan mereka tidak sedekat itu sebenarnya, bukan sepasang sahabat dekat. Alif adalah teman satu jurusan Maryam. Maryam mengenal Alif setelah mereka berada di konsentrasi jurusan yang sama, menggarap proyek yang sama pula.

Dari sanalah, Maryam mengakui bahwa Alif memang secerdas yang dikatakan oleh banyak teman satu jurusannya. Dia merupakan pemuda yang idealis dan penuh empati. Dan belakangan ini, Maryam mendapati isu bahwa pemuda itu menyukainya. Itulah yang kiranya dikatakan oleh teman dekat Maryam kepadanya. Alif, pemuda itu menyukai Maryam.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

---

“Jelas!” ucap sosok perempuan yang duduk di samping Maryam. “Laki-laki itu sering mengirimimu hadiah akhir-akhir ini, bahkan di sela kesibukannya bekerja. Dia juga sering menawarkan bantuan untuk tugas akhirmu, kan? Apalagi kalau bukan suka. Ah, aku rasa ini pertama kalinya dia memiliki perasaan itu karena tingkahnya jelas sekali.”

---

Maryam masih ingat betul bagaimana temannya mengucapkan kalimat itu dua minggu yang lalu, ketika dirinya menghadiri sidang temannya itu. Perempuan itu memang tidak mengelak betapa kentaranya tingkah Alif. Layaknya pertemuan yang tidak harus bersemuka, bukankah perihal perasaan pun tidak harus menjungkar dengan kata-kata.

Alif sudah melengos pergi beberapa menit yang lalu dengan motornya. Sebelum itu, pemuda itu kembali tersenyum dan mengucapkan selamat untuk Maryam.

Maryam menuju sofanya. Ia kemudian membuka paper bag itu dan mendapati sebuah lukisan mawar merah yang begitu cantik. Maryam bahkan tidak menduga bahwa laki-laki itu pun pandai melukis. Lihatlah, warna merah pekat tertoreh di atas canvas yang berbingkai. Setiap kelopaknya merekah dengan menawan di tiap tangkai yang cegak tanpa daun. Lukisan yang begitu memesona.

Senyuman Maryam mengembang, sebelum ia menyadari satu hal. Perempuan itu mengernyit. Bau anyir menyeruak tercium dari lukisan. Ia lalu menggesek-gesekkan lembut jari telunjuknya di atas kelopak mawar. Kemudian, mencium baunya lagi. Perempuan itu terdiam.

Ini darah.

Baca Juga: [CERPEN] Tersesat di Pemakaman

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya