[PROSA] Nasihat Kematian

Nasihat kematian adalah nasihat terbaik yang bisa didengar

Kedua bola mata seorang gadis berusia 20 tahun terfokus pada sebuah lemari berukuran kecil yang letaknya tak jauh dari tempat ia duduk. Ada beberapa buku yang berjejer rapi di atasnya. Buku tentang sejarah, novel, serta kitab tiga jilid karangan ilmuwan muslim terkenal.

Beralih dari lemari dan buku, nuansa biru pastel mendominasi dinding ruangan itu. Sebuah warna yang kata orang dapat memberikan efek menenangkan hati. Sama seperti tekanan darah, detak jantung akan berada pada titik normal. Barangkali bukan hanya karena warna biru tempat itu terasa menenangkan, namun, juga karena ayat-ayat Al-Qur’an yang senantiasa dilantunkan.

“Silakan, diminum,” ucap seorang perempuan yang berusia satu tahun lebih muda darinya seraya meletakkan satu per satu gelas berisi omjicha di atas meja.

“Sudah lama aku menaruh hati pada seseorang,” ucap gadis berusia 20 tahun itu kepada gadis berusia 19 tahun. “Kau tahu, tiap malam aku berdoa pada Tuhan tentang dirinya. Memang lama aku menaruh hati padanya, tetapi aku tetap memegang teguh prinsipku itu,”

Perempuan berusia 19 tahun itu mengangguk; mendengarkan.

“Laki-laki itu sungguh idaman banyak perempuan. Tidak hanya otaknya saja yang cemerlang, akhlaknya pun jempolan. Sadar, aku memang memiliki banyak saingan. Namun, perihal jodoh tidak ada yang tahu, bukan? Sungguh, karena perasaan ini aku bahkan mengharapkan dia menjadi bagian dari skenario Tuhan sebagai jodoh untukku di masa depan,” gadis berusia 20 tahun itu melanjutkan.

Sementara perempuan berusia 19 tahun itu masih sibuk mendengarkan.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Tapi, kita bisa apa? Tuhanlah yang menentukan perihal jodoh itu. Tapi, tidak ada yang tahu bukan? Jangan-jangan dialah yang memang menjadi jodohku kelak,” perempuan berusia 20 tahun itu tersenyum sesaat. “Ya, Tuhan, kalaupun dia memang bukan jodohku, rasa-rasanya aku ingin meminta Tuhan untuk menjauhinya dariku dan menjadikan namanya biasa saja dalam pendengaranku. Karena kau tahu? Setiap kali aku mendengar namanya, hatiku berdegup kencang. Kalaupun dia memang bukan jodohku, aku ingin meminta Tuhan untuk menghilangkan rasa rindu itu. Karena kau tahu? Hampir setiap malam aku selalu mengaitkan hati padanya,”

Perempuan berusia 20 tahun itu melanjutkan, “setiap kali aku memikirkan tentangnya, aku lantas memikirkan ketetapan Tuhan tentang sandingan. Perihal ibadah terpanjang itu, akankah aku mendapatkan handai yang baik rupa dan budi pekertinya,” ucapnya seraya membayangkan.

“Semoga kita mendapatkan yang terbaik menurut Tuhan,” ucap perempuan berusia 19 tahun setelah lama diam mendengarkan. “Tapi, di antara hingar bingar pikiran tentang jodoh itu, kita juga perlu mengingat bahwa kelak akan ada yang datang melamar tanpa perlu persetujuan,”

Perempuan berusia 20 tahun itu mengernyit, seakan meminta jawaban.

“Kematian.”

Keduanya sama-sama terdiam. Nasihat tentang kematian itu memang selalu menjadi nasihat terbaik yang bisa “didengar”.

Baca Juga: [PROSA] Sepenggal Sastra dari Seorang Perempuan

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya