[PROSA] Singgah yang Selangkah

Kita menepi di tempat yang begitu indah

Aku duduk di kursi kayu, menatap lalu-lalang manusia dengan teknologi buatannya yang tak lepas dari aktivitas dunia. Sedangkan kau, duduk di sampingku, sesekali menatap layar monitor itu memastikan kembali isi pesan yang masuk satu minggu lalu dengan mata yang berbinar.

Satu detik kemudian, aku tersenyum. Kebahagiaan itu nyatanya masih menguasai hati dan pikiran ini. Sebuah kebahagiaan yang terpercik dari suatu kabar baik. Katanya, perjalanan ini akan segera tiba pada pesanggrahannya; layaknya kapal yang kunjung berlabuh di dermaga atau pesawat yang lekas mendarat di bandara.

Pikiranku lantas menangkap kisah dulu, memantik ingatan yang berasa dan berupa. Perjuangan yang mengagumkan, lirihku. Kawan, terima kasih karena telah membersamai dalam memeluk erat setiap takdir itu.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Ada satu fakta yang terjadi di kehidupan ini tanpa penyangkalan berarti, kenyataan bahwa manusia selalu punya keinginannya. Itu pun yang terjadi saat kau dan aku memiliki singgah yang selangkah meskipun dalam pulang yang terpisah.

Kawan, ketahuilah bahwa pesanggrahan ini bukanlah titik akhir kita berada. Sebab, kali ini kita hanya menepi, layaknya kereta api yang mengambil jeda di stasiun yang dilewatinya atau bus kota yang berhenti sejenak di terminal yang dilaluinya. Kita menepi di tempat yang begitu indah, karena di sanalah kita mampu melihat jerih payah itu bermakna. 

Baca Juga: [PROSA] Di Perantauan: Tentang Bahagia dan Rindu yang Bersisa

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya