[Cerpen] Pernikahan Batal

Tidakkah kau percaya pada jodoh?

Beberapa minggu yang lalu dari keluarga pak Hus terdengar kabar baik. Mereka akan menikahkan putri mereka dengan seseorang yang datang melamar dari pulau seberang. Para remaja dari keluarga lain cukup terkejut dan jadi penasaran, soalnya mereka tahu kalau putri pak Hus sebenarnya punya pacar, yang beberapa tahun ini ditemuinya. Jadi mereka pikir kalau pak Hus pasti memaksa putrinya untuk menikah.

Calon ibu dan ayah mertua putri pak Hus yang datang beberapa minggu lalu datang dari pulau seberang memperhatikan wajah putri pak Hus yang keluar menyajikan teh di ruang tamu yang tak terlalu besar. Diihatinya setiap detail yang ditampakkan putri pak Hus, ia mengangguk-anggukkan kepalanya.

Calon besan keluarga pak Hus yang datang beberapa minggu lalu datang segera berbicara tentang mahar dan mas kawin yang harus diserahkan. Ia menyebut beberapa puluh juta, sesuai dengan yang sedang trend saat ini. Calon ibu mertua putranya meminta ditambahkan sedikit lagi, dengan tambahan sekarung tepung dan gula. Ia mengerti. Ia juga ingin membuat acara besar. Tak masalah.

Bu Hus cukup senang dengan keluarga yang datang beberapa minggu yang lalu. Mereka hanya punya seorang putra dan mencoba mencari yang baik untuk putra mereka. Bu Hus tak masalah dengan penampilan calon menantunya itu. Apalagi setelah uang panai sukses dibicarakan dalam pertemuan keluarga itu.

Pak Hus sebenarnya tak pernah ingin cepat-cepat menikahkan putrinya yang baru lulus SMA setahun yang lalu, tapi beberapa minggu yang lalu sebuah keluarga datang dan melamar untuk putrinya. Ia tahu putrinya punya kekasih, tapi ia jadi merasa tidak aman. Sekarang sudah banyak sekali kejadian yang meruntuhkan hati para orang tua dan ia tidak ingin kalau sampai hal itu terjadi pada putri keduanya itu. Karena itu dengan keyakinan dari bu Hus, ia setuju.

Calon menantu pak Hus yang tak bisa datang beberapa minggu lalu, tersenyum lebar melihati wajah calon istrinya. Ia mengangguk-anggukkan kepala.

Putri pak Hus yang menyajikan teh untuk tamu yang datang beberapa minggu yang lalu mencoba tak perduli. Meski tak suka dengan maksud kedatangan mereka, ia tak mengeluarkan kalimat penolakan. Ia mungkin cukup lelah, karena setelah lulus SMA langsung bekerja. Sebenarnya ia sudah mencoba memberi tahu kekasihnya untuk lebih dulu datang, tapi kesiapan kekasihnya dipertanyakan. Ia tak bisa meyakinkan orangtuanya untuk menunggu lebih lama lagi. Dan setelah melihat wajah calon suaminya di beberapa foto, ia hanya bisa menghela nafas. Tak ada yang bisa dilakukannya, selain memohon semoga pria itu terbaik untuknya.

*

Hari ini, hari pernikahan. Keluarga dari mempelai pria telah datang. Pengantin pria sudah duduk di depan imam desa yang datang sebagai penghulu. Diperlihatkannya kertas dengan tulisan yang harus disebutkan dengan lancar oleh si pria.

Pria yang datang hari ini dengan balutan baju pengantin hijau duduk dengan senyum di wajahnya, beberapa giginya yang menghitam nampak. Ia lalu menyipitkan mata, mencoba baca tulisan di sana. Dengan beberapa kali kata yang tersedat, sambil menerima pembenaran dari penghulu. Ia mengulang sampai lancar betul.

Putri pak Hus yang memakai baju bodo’ dengan dandanan tebal di wajah, serta aksesoris rambut yang terasa begitu berat, hanya menunduk. Ia nampak cantik, seperti biasa. Tangannya yang sudah dipa’ci dengan heyna merah gelap saling beradu. Saat ditanya apa butuh sesuatu oleh kakaknya, dari bibir yang sudah disapu dengan lipstik merah terang hanya bergumam. Di luar sana, pria yang tak pernah diajaknya bicara telah sah menjadi suaminya.

Hari ini, putri pak Hus keluar, memegangi suaminya yang membawanya ke tempat duduk raja-ratu sehari mereka. Ia tak ingin susah-susah menoleh untuk melihati pria di sampingnya. Hanya melihat ke depan, pada para utama yang silih berganti datang, bersalaman, dan memasukkan amplop ke dalam kotak yang disediakan. Ia memasang senyum saat fotografer meminta tamu berdiri di samping kanan-kiri pengantin untuk berfoto.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Suami putri pak Hus hari ini nampak gugup, tapi senyum tetap terpasang di wajahnya. sesekali matanya bergerak, melirik istrinya. Lalu melihat orangtuanya yang duduk berseberangan dengan tempat duduk mertuanya.

Hari ini, acara selesai. Besok, putri pak Hus akan ikut keluarga barunya. Ia menangis. Entah antara sedih atau marah. Yang jelas, belum ada rasa bahagia dalam dirinya. Tapi ia coba yakinkan bahwa esok pasti akan berbeda. Besok suaminya yang terlihat bodoh itu mungkin saja akan sangat dicintainya. 

Suami putri pak Hus menjabat tangan kedua orangtuanya. Kehidupan barunya akan dimulai dan ia belum punya rencana selain mengikuti rencana ayah dan ibunya.

*

Sebulan setelah pernikahan putrinya, bu Hus merasa khawatir. Ia dengan kapal feri menyeberang lautan menuju tempat tinggal keluarga baru putrinya. Hal pertama yang dilakukannya adalah memarahi putrinya untuk hal-hal yang tidak terjadi. Hari pertama ia di sana, ia mengamati. Ia jelas tak ingin disalahkan untuk hal-hal yang tak terjadi. Dan sadarlah ia, bukan putrinya yang bersalah.

Sebulan setelah pernikahan, mertua putri pak Hus, merasa menantunya tak berbuat banyak. Ia harusnya mengajar putranya yang innocent itu berbagai hal, termasuk bagaimana memulai hubungan.

Sebulan setelah pernikahan, suami putri pak Hus, masih merasa seperti anak kecil di usianya yang hampir menginjak kepala tiga. Setelah menikah, ia tidak tahu apa-apa. Ia bahkan tak berminat bagaimana membuat keluarga menjadi besar.

Sebulan setelah pernikahan, putri pak Hus ingin kembali ke kotanya. Ia janji tak akan merasa lelah untuk cari kerja. Meski ia tahu tentang akan ada akibat dari pembatalan sebelum terjadi hubungan antara suami dan istri, ia tetap ingin pulang. Bu Hus mengerti, ia yakin tak ada masalah dengan putrinya, yang bermasalah adalah menantunya, dan tak perlu ada pengembalian uang panai.

Sebulan setelah pernikahan, dari keluarga pak Hus terdengar kabar kurang baik. Putrinya pulang ke rumah. Para tetangga berkata, ia mungkin akan kembali pada pacarnya. Para remaja berkata pada orangtua, ini terjadi karena pak dan bu Hus tidak menikahkan putrinya dengan kekasihnya.

Putri pak Hus berfikir pernikahannya batal karena pria itu bukan jodohnya.

*

Baca Juga: [Cerpen] Cinta Singkat

Jelsyah D. Photo Verified Writer Jelsyah D.

👉 @jelsyahd

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya