[PROSA] Nestapa Pembawa Petaka

Aku ketagihan dengan 'luka'

Masih lekat pada ingatanku di hari itu, hari dimana aku mendapat nestapa yang disebut cinta. Sesuatu yang membuat hati melayang, namun bisa membuat logikamu terbuang. Masih membekas pada ingatan ini, sumpah yang ku buat untuk diriku sendiri. Bahwasanya di masa SMA, aku takkan terjerat cinta. Namun ternyata sumpahku palsu setelah aku bertemu denganmu. Ini, kuberikan alegori dariku untuknya. Ia yang indah meskipun telah gugur, seperti Daun Maple.

Kata per kata aku rangkai, demi rasa yang akan tersampai. Aku beri dia bunga, dia beri aku lara. Sampai fakta menamparku ke alam nyata, bahwa hatinya telah berlabuh di hati yang lainnya. Padahal, katamu kau ingin sendirian dulu?

Seperti minum obat, kau rutin memberikan asupan like dan komentar di setiap statusnya. Serta, kau bercengkerama bahagia bersamanya. Aku tidaklah sedungu itu untuk memahaminya. Beginikah rasanya dikecewakan oleh cinta?

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Aku tersakiti, namun entah kenapa menikmati. Ku ulang alur itu lagi dan lagi, hingga tak sadar hati ini terkoyak kembali. Namun, patah hati yang semakin menjadi tidak membuatku jera. Aku tak peduli. Aku yang pertama mengawali kisah ini. Untuk pertama kalinya, ku gelar karpet merah untuk egoku dan mendeklarasikan perang romansa.

Kisah ini belum menemukan akhirnya, namun sudah terasa akan seperti apa. Dengan perasaan cinta yang masih terasa, aku melihat selembar kertas berisikan namamu dengan dia.

Harusnya aku tahu bahwa aku hanyalah pemeran pembantu di dalam hidupmu. Namun, kamu yang selalu melempar pancingan membuatku penasaran. Selayaknya siklus yang tiada hentinya, aku kembali terjerat dengan menanggung luka di dada.

Baca Juga: [PROSA] Bermula dari Canda

Liana Tan Photo Writer Liana Tan

An astrophile, space lover

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya