[CERPEN] Perempuan Bangku Taman

Perempuan itu menangis dalam kesendirian

Bangku taman itu hanya terlihat di malam hari. Bila gerimis turun, lampu-lampu taman meredup dan kelengangan mulai menelusupi. Hanya kesunyian dan kesepian menjalari. Konon katanya ketika menjelang malam sampai dini hari, kau akan melihat seorang perempuan  duduk di sana.

Rambutnya ikal sebahu  memakai gaun berenda bermotif bunga. Wajahnya pucat dengan iris mata nanar. Ia  sering menangis dalam kesendirian. Entah apa yang terjadi semasa hidupnya. Kau akan mendengar isakan tangis berkepanjangan. Begitu menyayat kesedihan, memecah malam yang dingin dan sepi.

Ketika menjelang pagi, dia akan raib dan bangku taman akan hilang. Banyak desas-desus mengatakan, seorang perempuan mati di sana saat sedang menunggu kekasihnya. Ada juga yang bilang seorang wanita diperkosa dan dibunuh di sana lalu mayatnya dibuang entah kemana.

*** 

"Ah, ingin rasanya aku berlibur selama beberapa hari ini dari tugas-tugas yang membuatku penat," batin Danar menggerutu. 

Selama 12 jam lebih Danar berkutat dengan komputer. Dia  berusaha menyelesaikan tugas kantornya. Entah kenapa malam ini Danar merasa berbeda. Sudah satu jam lalu keadaan kantor sepi. Banyak dari karyawan yang sudah pulang. Hanya ada beberapa karyawan yang masih tetap tinggal.

Tepat pukul 22.00 malam, Danar pulang memakai sepeda motornya. Seperti biasa dia melewati jalanan beraspal dan taman angker yang terletak tidak jauh dari kantornya. Taman yang membuat bulu kuduk setiap orang bergidik saat malam menjelang.

Hari ini entah kenapa angin berembus begitu dingin. Saat melewati taman, bulu kudu Danar sedikit meremang. Jantungnya mulai memompa cepat dan tanpa sadar telapak tanganya menjadi sedingin es. Entah karena cuaca malam ini yang begitu dingin ataukah karena Danar yang sedikit ketakutan. Dilihatnya dari kejauhan, seorang perempuan tiba-tiba muncul di bangku taman.

"Wajahnya cantik tapi terlihat pucat. Apakah dia perempuan yang ada dalam cerita," pikir Danar.

Sejak kecil sampai sekarang Danar tidak pernah melihat hantu apapun bentuknya. Pocong, kuntilanak, genderuwo atau sejenisnya. Menurut Danar, wajah perempuan itu tidak terlalu menakutkan. Hanya kesedihan yang terpancar dari matanya.

Danar memberanikan diri untuk mendekat dan memeriksa. Seperti di serial film horor bila hantu menampakkan wajahnya, maka kakinya tidak akan menapaki  tanah. Danar mulai meneliti dari bawah hingga ke atas. Perasaan lega menyelimutinya. 

Danar mendekat dan duduk disampingnya. Dengan ucapan sedikit gugup, Danar bertanya padanya. 

"Mbak maaf mengganggu, kenapa mbaknya malam-malam duduk di sini. Mbaknya tidak takut sendirian? Katanya di sini ada hantunya," tutur Danar.

Perempuan itu menoleh dan tersenyum.  

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Rumah saya di sini," jawab ia dengan lirih.

Mendengar jawaban itu, bulu kudu Danar berdiri. Hawa dingin kembali menusuk kulit dan angin berembus dingin membuat malam semakin mencekam. Karena masih penasaran, Danar bertanya lagi. Dengan keberanian yang tersisa Danar kembali menanyakan sesuatu.

"Kalau boleh tahu, kenapa mbak duduk di sini sendiri? Mbak terlihat sedih sekali," tanya Danar lagi

"Apakah kamu ingin mendengar suatu kisah?" tawar perempuan di sebelah Danar lagi

Dengan sekali anggukan Danar menyetujuinya.

***

Terlihat seorang lelaki dengan tampilan necis ingin pergi ke pasar malam. Rambut hitamnya disisir klimis. Ia memakai baju kemeja bergaris kotak-kotak hitam membaluti tubuhnya. Bau parfum menyeruak ketika ia berjalan dengan lengkum senyumnya.

Hari ini adalah hari istimewa baginya. Tepat tangal 12 desember, dia dengan kekasihnya akan merayakan hari jadinya yang ke-3. Selama 3 tahun dia memiliki seorang kekasih yang membuatnya kembali merasakan hasrat untuk hidup.

Setiap hari lelaki ini memeras keringat tanpa lelah untuk kekasihnya. Berharap suatu hari nanti, ia akan hidup bahagia bersama wanita yang dicintainya. Maria adalah nama gadis pujaannya. Dengan wajah berbinar, disuatu malam mereka pergi jalan-jalan untuk sekedar menghitung bintang atau duduk di taman.

"Pada saat itu adalah saat istimewa karena bulan sedang purnama," tutur Maria menitikan air mata.

"Mereka menikmati indahnya langit malam dengan cerita perihal masa depan. Mereka mengukir janji untuk saling setia. Kebahagiaan menyelinap diantara bintang-bintang. Tak lama kemudian, rasa bahagia yang terpancar hancur. Segerombol orang tak dikenal menyerangnya. Lelaki itu berusaha melindungi kekasihnya, tapi nahas mereka menghabisinya dengan kejam. Ia ditusuk dengan sebilah pisau berkali-kali," Maria bercerita dengan semburat marah tertahan. 

"Kemudian apa yang terjadi dengan kekasih wanitanya?" tanya Danar dengan nada bergetar.

"Segerombol orang yang menyerang mereka telah membunuhnya. Di bawah bulan purnama, mereka tega menjamah tubuh seorang gadis tak berdaya. Mereka seorang iblis yang biadab. Mereka melakukanya di sebuah bangku taman dan memendam jasadnya di bawah bangku ini.Takdir memang kejam, bukan? Setiap malam ia menangis menunggu kekasihnya. Ia begitu merindukannya. Jiwanya belum tenang sebelum melihat kekasihnya. Di bangku taman ini, ia memungut kenangan sekaligus memendam dendam. Ia begitu sangat ingin berjumpa dengan kekasihnya. Kau tahu siapa yang aku maksud bukan?" tutur Maria panjang lebar.

Medengar cerita Maria, Danar tersentak dan tahu siapa yang dimaksud. Setelah menceritakan kisah itu, Maria raib entah kemana. Melihat Maria tiba-tiba menghilang, Danar hanya mematung dan terdiam.

Baca Juga: [CERPEN] Cerita Musim Semi

Lusa Indrawati Photo Writer Lusa Indrawati

When the world around you is full of anger, chaos and hopelessness, I hope you can take a moment and read my beautiful world that I have written for you to make your world a bit brighter.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya