[CERPEN] Kisah Klasik di Suratku

Kekasihmu sejatimu selalu inginkanmu bahagia

Untuk Kekasihku
Putri Buruk Rupa

Hai, Bagaimana kabarmu di sana? Aku harap kau baik-baik saja sayang. Apa kau ingat sebuah kisah klasik tentang cinta kita? Aku selalu mengingatnya sampai saat ini. Di mana saat ini aku sudah tak lagi ada di negeri yang sama denganmu. Kini aku di negeri yang menjadi mimpiku denganmu. Kamu tahu, aku telah melewati masa-masa yang sangat berat tentangmu.

Aku selalu mengingat raut wajahmu. Raut wajah masam yang sangat menyebalkan, yang senantiasa membuatku tertawa terpingkal-pingkal, apalagi saat kau marah dan membuatku jatuh cinta saat kau tersenyum.

Aku akui, kamu memang tak secantik temanmu yang menyukaiku, atau tak secantik si penyandang gelar ratu cantik di fakultas kita dulu, yang menyatakan cintanya padaku lewat pidatonya. Ya, kamu memang tak secantik itu. Namun, kamulah permaisuri, yang aku tunjuk untuk mendampingi hidupku. Mungkin kata-kataku terlalu sombong. Membuat seolah-seolah benar-benar seperti pangeran. semoga saat kau membacanya kau tak cemberut di sana.

Saat kau baca surat ini, aku ingin kau tau aku sangat merindukanmu. Merindukan semua tentangmu. walau aku pernah terluka karenamu. Aku masih menyimpan surat terakhir yang kau layangkan padaku, lewat kedua orangtuamu, izinkan aku melampirkanya.

"Teruntuk Pangeran

Maafkan aku, yang tak bisa menemuimu lagi. Maafkan aku yang hanya hanya bisa menyampaikan salam terakhirku lewat surat ini. Maafkan aku.

Aku tau mungkin kau akan merasa aku sudah tak lagi mencintaimu, atau kau akan menganggapku tak setia denganmu. Namun, aku memang berharap kau berpikir aku seperti itu. Agar kau bisa melupakanku dengan cepat, aku ingin kan itu.

Terimakasih kau telah mencintaiku, terimakasih kau telah menyayangiku, menjagaku, terimakasih. Namun maafkan aku. Aku telah mencoba untuk mencintaimu, tapi aku tak pernah bisa. Aku mencoba untuk menyayangimu namun hatiku selalu menolak.

Aku enggak pingin kamu terluka, aku enggak pernah ingin orang sepertimu terluka. Namun, inilah kenyataanya, aku tak pernah mencintaimu. Terlalu bodoh untukku menerimamu, orang yang tak pernah aku cintai. Maafkan aku yang telah melukaimu.

Maaf, kita harus berpisah. Kamu pernah berkata aku akan menjagamu sampai akhir, tapi kau tak pernah bisa lakukan itu. Kamu bohong.

Pintaku, untuk terakhir kalinya jika kau benar-benar mencintaiku. Carilah pengganti diriku dan bencilah aku, lalu lupakanlah aku, kejarlah mimpimu. Aku percaya kau tak akan menangis membaca ini. Maaf, aku tak bisa menjadi permaisurimu karena aku telah menjadi milik yang lain.

Sang pangeran akan selalu memiliki permaisuri yang terbaik, untuk menemani menggapai semua mimpinya. Maafkan aku.

Maaf dariku, untukmu
Putri Buruk Rupa “

Kau tahu surat itu benar-benar melukaiku. Membuatku mencoba untuk menuruti kata-katamu, mencoba untuk membencimu, mencoba untuk melupakanmu. Tapi aku tak pernah bisa. Aku selalu mencarimu, menanyakan di mana dirimu. Namun yang aku terima hanyalah hampa. Tak pernah ada orang yang mengetahui tentangmu, bahkan teman-temanmu.

Hingga saat kabar itu datang, melalui dua buah surat yang terbungkus sebuah amplop biru, surat itu membuatku sesak saat membacanya. Aku lampirkan juga surat itu.

Surat Pertama

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Teruntuk Pangeran

Hai Pangeran bagaimana kabarmu? Sehat kan?, aku mendapatkan alamatmu dari orang tua mu. Waktu aku kerumah mereka bilang kamu dapat beasiswa ke jepang dan kuliah S2 dijepang. Pangeran memang sangat hebat.

dalam surat pertama ini aku ingin mengucapkan selamat atas keberhasilanmu, kamu memang membanggakan. Andai aku juga bisa kesana pasti sangat menyenangkan. Bisa melihat sakura disaat musim semi. Main salju saat winter, serta menikmati gugur daun dimusim gugur. Putri buruk rupa juga ingin kesana. Sekali lagi selamat ya.”

Surat itu membuatku bahagia karena mengira itu adalah surat yang kamu tulis. Dan berharap surat ke dua adalah surat lebih membuatku bahagia."

Surat kedua

“Teruntuk Pangeran

Di dalam surat kedua ini. aku ingin menyampaikan salam dari Putri Buruk Rupa untuk pangeran.

Mungkin kabar ini terlambat untuk aku sampaikan. Karena Putri Buruk Rupa melarangku untuk mengatakanya kepadamu. Namun, mungkin ini sudah saatnya untuk aku katakan ini.

Minggu lalu Putri Buruk Rupa telah disemayamkan dengan tenang di sebelah makam neneknya. Putri Buruk Rupa, sudah lama mengidap penyakit kanker. Namun dia tak pernah mengatakan itu. dia selalu menyembunyikan itu darimu. Karena dia benar-benar tidak ingin kamu terlalu mengkhawatirkanya.

Surat terakhir itu, adalah surat perpisahan darinya. Dalam hidupnya tak pernah ada orang lain yang dia cintai selain kamu. Kamu adalah yang teridah dalam hidupnya itulah yang dia katakan disaat terakhir aku berbicara denganya.

Itulah yang membuatku menyampaikan kabar ini, yang sebenarnya dia melarang dan menjadikanya rahasia, namun aku tak bisa, aku merasa kamu haru tau. Maka dari itu atas nama temannya, aku mohon maafkan lah dia. Aku tau kamu pasti telah memaafkanya.

Maaf aku menyampaikan kabar ini lewat surat. Oiya, kamu gak perlu balas surat ini, karena sebentar lagi aku juga sudah pindah. Maaf ya pangeran.

Maaf dariku,
Kinan (Teman Putri Buruk Rupa)”

Namun tidak, surat itu adalah surat yang benar-benar membuatku sesak. Membuat semua yang ku raih terasa hampa dan sia-sia. aku masih tak bisa percaya. Semua isi surat itu. Kau benar-benar telah meninggalkanku bersama yang benar-benar bisa menjagamu sampai akhir, seperti yang kau tulis di suratmu dahulu. Maafkan aku yang tak berusaha untuk mencarimu, yang tak berusaha sekuat tenaga untuk menemukanmu. Maafkan aku.

Jika kita boleh berandai-andai, aku ingin bisa bertemu kamu untuk terakhir kalinya. Di bawah gugur bunga sakura dan akan aku katakan, “Jadilah pendamping hidupku untuk selamanya.”

Kini di bawah gugur sakura, aku menuliskan surat ini untukmu. Aku titipkan surat ini dalam botol, lalu aku kirimkan surat ini melalui samudera. Saat kau membacanya di sana nanti, aku ingin kau tahu, aku telah lakukan apa yang kau minta untuk membuktikan aku mencintaimu. Namun, aku tak pernah bisa melupakanmu, dan membencimu. Aku ingin tetap selalu mengenangmu sampai akhir, sebagai kisah klasik yang aku punya.

AKU MENCINTAIMU….

Salam Cinta Dariku,

Pangeran.

Baca Juga: [CERPEN] Kota Ini Penuh dengan Binatang

Muhammad Faruq Photo Writer Muhammad Faruq

Pemula Om/Tante

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya