[CERPEN-AN] Diary Sarah

Segalanya akan kucurahkan dan kutulis di sini...

Hendra baru saja berangkat kerja, aku duduk di teras rumah menemani puteraku bermain. Ia berlarian kesana kemari, lalu menghampiriku sebentar sambil tertawa. Aku tersenyum melihatnya. 

Empat tahun lalu, aku berpikir hidupku telah berakhir, nyatanya tidak. Sekarang bahkan aku sangat mensyukuri semua yang sudah terjadi. Aku hamil di tahun pertama kuliahku. 

Air mataku menetes, lalu segera kuusap ketika puteraku sekali lagi menghampiriku. Aku masih sangat beruntung, Hendra bahkan mau bertanggung jawab. Orang tuaku dan orang tua Hendra juga menerima kami berdua dengan hati terbuka dan setelahnya puteraku lahir. Aku bahagia. Puteraku kembali menghampiriku dengan sesuatu di tangannya, ia memberikannya padaku. Ya, rupanya selembar foto,

 “Anak pintar”, kataku.

Puteraku kembali bermain. Aku memandangi foto itu, foto masa SMAku. Ada kami berempat di sana: Aku, Diana, Yuli, dan… Yana. Pikiranku serentak kacau. Dulu kami berempat adalah sahabat, sejak kelas dua SMA tepatnya. Tahun terakhir semuanya tiba-tiba saja berubah. Tanpa alasan yang jelas Yana menjauh begitu saja. Baru setelah tamat aku tahu alasan Yana berubah. Alasannya sedikit tidak masuk akal. Yana hanya tidak suka denganku, dengan penampilanku, dengan pencapaian akademikku, prestasiku di luar sekolah, bahkan karena banyaknya teman laki-lakiku. Waktu itu aku benar-benar kecewa, harga sebuah persahabatan hancur hanya karena iri hati.

Waktu berlalu dan kami sibuk dengan urusan masing-masing. Setelah diperiksa ke dokter, aku positif hamil. Semula hanya keluarga dan sahabat dekatku yang mengetahuinya. Lambat laun semua orang mengetahui keadaanku dan itu adalah masa paling menyakitkan dalam hidupku. Menanggung malu dan bertahan dengan semua omongan orang. Semua anggota keluarga terpukul, ya ini karena kesalahanku sendiri. Setelahnya aku benar-benar berada dalam situasi yang lebih menyakitkan. Waktu itu aku sudah sedikit merasa lebih baik dengan dukungan semua orang di sekitarku dan karena aku tahu aku harus lebih tenang untuk kebaikan puteraku dalam kandungan.

Aku kembali terpukul, Yana jelas-jelas menyindirku di media sosial, aku masih ingat persis sindirannya waktu itu. Aku benar-benar berada dalam situasi paling menyakitkan. Pikiranku kacau, antara membenci Yana, mengutuk diriku sendiri dan bahkan tak lagi menerima keadaanku waktu itu. Aku tak berbuat kesalahan apapun atas Yana, ia bahkan dengan sengaja mempermalukanku sebegitu keji, tertawa bahagia di atas keadaanku yang menurutnya adalah sampah di lingkungan kami. Aku terpuruk, menangis tak karuan. Kesehatanku menurun, aku benar-benar hancur.

Sekali lagi aku benar-benar beruntung dikelilingi orang-orang yang sangat menyayangiku. Mereka selalu menguatkanku, mendukungku hingga aku benar-benar kembali dalam keadaan normal. Setelahnya aku enggan memikirkannya lagi. Menghabiskan waktu untuk hal-hal yang lebih berguna. Pada akhirnya Yana sendiri yang menghapus sindirannya itu di media sosialnya, ya setahuku karena banyak orang yang mendukungku waktu itu. Selama masa menyakitkan itu, aku tak pernah sendiri: Papa, Mama, Hendra dan semua keluarga selalu ada di sampingku. Aku hanya berpasrah dalam doa agar selalu dikuatkan dalam segala kesulitan yang aku alami.

“Mama”, suara puteraku membuyarkan lamunanku, aku kembali mengusap air mataku. Aku tersenyum ke arahnya, aku paham ia lapar. Segera kuambilkan makanan untuknya. Puteraku sekarang sudah semakin pintar, banyak hal yang bisa dilakukannya sendiri, termasuk makan.

Nia tiba-tiba muncul di ruang tamu,

“Ka Sarah sudah dengar berita baru?”, aku menggeleng. Pasti ada sesuatu hal penting yang ingin Nia sampaikan. Nia adik bungsu Hendra.

“Ini tentang Yana”

“Oh. Kenapa?”, kataku sedikit gugup. 

“Dia sudah tidak kuliah lagi. Dia positif hamil. Kemarin teman sekelasku memberitahuku soal itu” 

Aku cukup terkejut mendengar kabar dari Nia. Pikiranku kembali kacau.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Dia kena karma ka Sarah. Dulu sewaktu ka Sarah hamil, dia bahkan sampai posting status sindiran untuk ka Sarah”, aku terdiam. Air mataku menetes, aku kembali ingat bagaimana dulu Yana melakukan itu. Semua orang tahu masalahku. Tidak jadi masalah soal kehamilanku, cara Yana menghinaku yang membuatku benar-benar sakit hati.

“Ka Sarah tidak usah sedih lagi. Kalau ka Sarah mau, Nia bisa kok posting sindiran untuk dia”, aku tersenyum ke arah Nia.

“Jangan Nia”

“Tidak ka Sarah, dia sudah jelas-jelas menghina ka Sarah dan ka Hendra. Nia masih ingat semua kata-katanya waktu itu”, kali ini Nia benar-benar emosi, ia mengalihkan pandangannya keluar.

“Padahal kita sama-sama perempuan, tapi dia mengatai ka Sarah seperti itu", Nia melanjutkan lagi, ada air mata yang hampir tumpah dari matanya.

Aku mendekatinya, dan memeluknya.

“Ka Sarah sudah bahagia dengan kehidupan sekarang, dengan keluarga baru ini, pun karena ada kalian semua yang selalu ada untuk ka Sarah”

“Soal Yana, itu bukan urusan kita. Itu kehidupannya dia, dan kita tidak berhak untuk mencampuri urusannya. Kalau kita tahu yang dulu Yana buat itu salah, kita cukup jadi orang baik dengan tidak melakukan hal yang sama. Nia paham maksud ka Sarah kan?”

Nia mengangguk mengerti.

...

Hari itu, diaryku lebih panjang dari biasanya. Setelah Nia pulang dan puteraku tidur, aku menutup pintu dan menuliskan segalanya dalam diary kecilku. Air mataku jatuh tanpa bisa kutahan, ingatanku kembali pada semua yang terjadi dullu. Kutulis juga nama Yana di dalamnya, aku tak membencinya, malah aku merindukannya. Sudah lama kami tidak saling bertegur sapa, apa lagi untuk saling berbagi cerita. Aku menuliskan semuanya saat itu, lalu kututup rapat diary itu dan kusimpan sebaik mungkin dalam laci meja.

Aku menatap puteraku yang terlelap dalam tidurnya, aku tersenyum saat itu. Aku tahu, aku adalah perempuan bahagia.

 

Pada sebuah senja temaram:

Kota Kupang, 28 April 2019

Baca Juga: [CERPEN-AN] After Dark

Oswald Kosfraedi Photo Writer Oswald Kosfraedi

Selamat datang, saya abdiksi. Instagram @oswaldkosfraedi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya