[CERPEN] Monokrom Kenangan

Kisah lalu yang sekarang telah terbingkai kenangan...

Seingatku itu perjumpaan kita yang terakhir. Pada sebuah senja pertengahan Agustus kita duduk bersama di tempat favorit kita. Kala itu seperti biasa kita terlibat dalam obrolan penuh tawa. Setelahnya kamu memintaku mengabadikan hari itu dengan berswafoto, katamu agar suatu waktu kelak kita bisa mengenang kembali perjumpaan ini. Aku mengiyakan saja, lalu berfoto dengan menyandarkan kepalaku pada bahumu.

Selepas perjumpaan itu, kamu menghilang begitu saja tanpa kabar. Katamu pamit sebentar, tapi kamu tidak pernah kembali setelahnya. Hanya kabar tentangmu yang kemudian datang bahwa kamu telah bersanding dengan dia yang lain.


**

Hari ini angin di kotaku berdesir lembut membawa suasana menenangkan. Di atas sana langit berhias goresan indah sang khalik, pertanda malam yang kian menjelang. Tanpa sengaja saat mencari sesuatu di lemari, aku menjumpai lagi kita dalam selembar foto hitam putih yang terselip di dekat selendang kesayanganku.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Aku tersenyum sebentar. Jumpa kita hari itu terekam jelas dan kita sepakat mengabadikannya agar kita selalu bisa mengenangnya suatu waktu kelak.
Aku menghela napas panjang. Apa kabar? Tanyaku pada diri sendiri. Hari ini kita bertemu lagi. Ada rasa lain yang berkecamuk dalam hatiku. Entah rindu yang berpadu berjuta rasa lain, aku sama sekali tak tahu. Potret hitam putih ini memang sederhana. Tak ada yang istimewa dari sebuah gambar diri seorang gadis kecil sepertiku yang menyandarkan kepalaku pada bahumu.

Aku sebenarnya telah lama melupakanmu, hari ini kita seperti dipertemukan lagi. Aku lalu mencari pensil warna mewarnai potret hitam putih itu dengan serangkaian warna yang coba kuingat-ingat lagi. Ingatanku terlalu kuat untuk mengenang kembali kisah lalu yang sekarang telah terbingkai kenangan dan menjelma kerinduan. Kuwarnai satu per satu segala di dalamnya: semesta dan kita berdua.

Seketika lembaran hitam putih menjadi berwarna. Warna bajumu putih kala itu, sedang aku dengan jaket merah muda favoritku. Aku tersenyum, nyatanya mewarnai lembaran hitam putih itu tidak akan bisa mengembalikan aku dan kamu dalam sebuah kisah yang sama. Aku menyimpannya kembali di lemariku.

Aku tidak akan mengenang apalagi mengharapkanmu kembali. Aku tahu sesuatu yang pernah pergi sekalipun kembali tidak akan pernah sama lagi. Bahagialah di sana, walau seingatku dulu bahagiamu selalu tentangku.

Baca Juga: [CERPEN] Waktunya Pulang

Oswald Kosfraedi Photo Writer Oswald Kosfraedi

Selamat datang, saya abdiksi. Instagram @oswaldkosfraedi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya