[CERPEN] Kisah Secangkir Latte Art: Kamu Benar-benar Ajaib

Ocha - aku tak ingin peduli, padamu juga niatmu

Kamu melakukan tepat seperti yang kupikirkan semenit yang lalu. Kamu benar-benar ajaib. Tapi aku tak ingin peduli, padamu juga niatmu. Apapun itu.

Aku merasa sedikit menyesal sudah begitu sinis padanya. Dia tak melakukan kesalahan apapun. Seharusnya aku bisa menjelaskan maksudku dengan lebih baik. Ahh.. Sudahlah. Toh sudah terjadi, dan tampaknya dia tak sedikit pun merasa sakit hati atas sikapku.

Tanpa kusadari malam sudah semakin larut. Croissant ini benar-benar enak dan hangat. Seolah mampu menghangatkan malamku, juga hatiku. Apa aku harus menghampiri Andre dan mengucapkan terima kasih? Rasanya tak perlu. Aku takut dia bertindak lebih seperti meminta nomorku atau bahkan ingin mengantarku pulang. Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan. Sekarang terdengar aku yang berharap dia mendekatiku. Aku benar-benar sudah gila.

Kuputuskan untuk meminta bill pada Doni dan segera pulang. Ah, aku lupa. Doni hari ini tak terlihat bagai ditelan bumi. Ketika kuangkat tanganku, tiba-tiba mata Andre nampak begitu tanggap. Dia tersenyum, membalas dengan melambaikan tangannya, dan bergegas menghampiriku. Mati aku! Wajah tampan dengan senyum manis itu mendekat. 

"Ada yang bisa kubantu, Cha?" 

Senyum itu lagi. 'Jangan lihat, Cha. Jangan!'

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Bill," jawabku singkat karna tak ingin berbasa-basi dengannya.

"Sudah mau pulang? Hmm.. Sayang sekali. Apa besok kau datang lagi? Aku akan membiarkan meja favoritmu ini kosong."

Bagaimana dia tahu kalau meja ini tempat favoritku? Sudahlah. Jangan ingin tahu, Cha. Tak perlu bertanya. Jawab saja lalu cepat pulang.

"Entahlah."

"Kalau begitu mau kuantar pulang? Atau setidaknya tinggalkan nomormu, agar besok aku menghubungimu tentang meja ini?"

Gila! Bagaimana mungkin dia bertindak seperti yang aku pikirkan tadi? Dia sungguh ajaib. Tapi rasanya aku enggan meladeninya. Aku hanya tersenyum tipis, melihat pada tagihanku, kubayar, dan bergegas pergi. Sempat aku menoleh dan melihat ke arahnya. Ada semburat kecewa di wajah tampannya. Entah apa artinya, aku pun tak ingin mengira-ngira. Aku hanya berlalu melewati pintu coffee shop ini, tanpa kata.

Baca Juga: [CERPEN] Kisah Secangkir Latte Art: Menjauhlah Dariku

T y a s Photo Verified Writer T y a s

menulis adalah satu dari sekian cara untuk menemui ketenangan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya