[CERPEN] Kisah Secangkir Latte Art: Telinga dan Mataku Gila Karenamu

ANDRE - Semua kegilaan ini indah, hanya karenamu
Telingaku mungkin sudah gila, tapi mataku sekarang juga ikut jadi gila. Gila karena disuguhi pemandangan indah seperti wajahmu malam ini.

Sekejap saja suasana hatiku berubah setelah melihatmu berada di hadapanku. Sekarang semua suara terdengar seperti alunan musik, jadi lebih berirama. Bahkan suara gelas yang beradupun seolah memiliki nada, mengalun merdu. Ah, telingaku sekarang mulai jadi gila.

Buru-buru kubuatkan latte spesial untuk Ocha. Aku benar-benar tak ingin membuang waktu percuma di mejaku. Rasanya ingin cepat kembali pada pemilik pipi yang memerah tadi.

"Ini dia, latte spesial untuk yang tercantik malam ini," ucapku pada Ocha yang tengah tenggelam di balik buku tebalnya.

Mata indah itu hanya melirik sebentar pada cangkir yang kubawa, lalu kembali tenggelam di balik buku. Tak ada kata yang terucap sedikit pun. Apa ini? Kenapa sebuah kesinisan pun tak terlontar sama sekali? Lama aku terdiam, mematung di samping Ocha. Hingga tiba-tiba aku teringat.

Ya Tuhan! Aku membuat love latte art. Bodohnya aku. Bagaimana bisa aku menyuguhkan sesuatu yang dia benci. Bodoh, bodoh, bodoh!

"Maafkan aku Cha, aku lupa kamu membenci latte art ini. Akan kuganti dengan yang baru, Ok?" ucapku sambil terus memaki kebodohanku dalam hati.

"Tak perlu, Ndre. Ini tak apa. Aku akan meminumnya."

Apa? Dia tak marah? Bukankah dia membencinya? Dan tunggu! Caranya berbicara sepertinya sedikit berubah, jadi lebih lembut. Ah, benar. Telingaku sudah gila. Pasti ini akibat dari kegilaan tadi. Tak mungkin dia jadi lembut padaku.

"Baiklah. Ada lagi yang bisa kubantu?"

"Apa boleh kuminta sedikit waktumu? Temani aku, malam ini aku sedang tak ingin duduk sendiri."

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Apa? Barusan dia bilang apa? Menemaninya? Aku tak peduli jika telingaku makin menggila. Benar-benar kalimat terindah malam ini.

"My pleasure, Cha." 

Aku yakin pasti aku mengatakannya dengan senyum mengembang tiada henti. Hingga tanpa pikir panjang segera kubawa tubuh gilaku ke kursi kosong tepat di sampingnya. Duduk berdampingan dengan Ocha.

"Bukan di sampingku, di sana! Kau ini benar-benar tukang ambil kesempatan."

Ucapannya sedikit mengagetkanku. Namun aku hanya mampu meringis seraya berpindah ke kursi seberang. Tepat menghadap pada wajah cantik itu. Benar juga, posisi ini ternyata lebih baik. Aku bisa puas memandanginya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Ada yang salah di wajahku?" tanya Ocha terdengar gugup seolah salah tingkah. Bukan, pasti bukan gugup. Telinga dan mataku sedari tadi kan sudah gila.

"Benar, ada sesuatu di wajahmu."

"Apa? Katakan di mana. Ah, tak perlu." ucapnya sambil buru-buru mengeluarkan cermin kecil miliknya.

"Let me help you, my dear. Di wajahmu itu hanya ada kecantikan. Itulah yang membuat mataku tak mampu berpaling, walau sebentar."

Rasanya senyumku kembali mengembang, semakin lebar. Melihat pipinya memerah, lagi. Sungguh pemandangan yang indah.

Baca Juga: [CERPEN] Kisah Secangkir Latte Art: Malam Indah Karenamu

T y a s Photo Verified Writer T y a s

menulis adalah satu dari sekian cara untuk menemui ketenangan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya