[CERPEN] Dia yang Melawan Dirinya Sendiri

Kini dia sedang melepas pekerjaannya

Dia.

Dia pernah ada di situasi yang jauh lebih mencekam daripada ini.

Ssst.. kini dia sedang melepas pekerjaannya.

Dahulu, dia pernah melepas sesuatu yang menggelikan, yakni pacar yang diam-diam mengkhianatinya. Dahulu, dia juga pernah melepas sahabatnya yang ternyata cuma mau memanfaatkan kepandaiannya. 

Di suatu waktu yang lampau, dia bahkan pernah melepas dirinya sendiri. Saking bencinya ia pada dirinya sendiri, maka ia pernah memutuskan untuk melepaskan dirinya sendiri. Yang tanpa sadar, pada akhirnya, ia kehilangan dirinya sendiri. Menakutkan. 

Tapi dia selalu mencari jalan untuk kembali. Dia selalu mencari cara untuk menyatukan kembali dirinya dan juga jiwanya.  

Sulit memang, tapi dia tak pernah punya pilihan untuk menyerah. Lagi pula, kalau seseorang menawarkan pilihan itu, ia tak mungkin memilihnya.Tentu saja karena gengsinya terlalu tinggi.

"Masa iya sih harus kalah sama keadaan?"

Jiwa kompetisinya juga tinggi. Ia memang tak pernah beranggapan bahwa dirinya harus menang melawan orang lain. Tapi justru, ia harus selalu menang melawan dirinya sendiri.

Dirinya yang telah susah payah ia pertahankan selama dua puluh lima tahun. Tak terasa seperempat abad sudah jiwanya menari-nari di atas bumi. Dia bukan lagi gadis remaja yang sedang menangis karena tak sanggup mengerjakan tugas matematika dan fisikanya. 

Kini dia telah menjelma menjadi seorang wanita dewasa yang tengah berhadapan pada dilema hidup yang penuh misteri. Dia mungkin sedang bangkrut secara materi, tapi dia sadar bahwa dia sedang kaya-kayanya dalam urusan pengalaman hidup.

Dia  sedang bertualang jauh menelusuri keunikan pribadinya. Perlahan-lahan ia kumpulkan serpihan luka batinnya yang kini telah menjelma menjadi batu-batu intan cantik nan penuh makna, yang tak ternilai harganya. Sebut saja itu mutiara hatinya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Dalam hati ia berjanji, mutiara-mutiara itu pasti akan ia bagikan kepada anak-anaknya kelak. Sebagai hadiah dari masa lalu untuk bekal anak-anaknya di masa depan. 

Pun jika dia tak sempat menikah dan memiliki banyak anak, pastilah mutiara-mutiara itu pun akan tetap dibagikannya kepada siapa pun yang ia temui di masa depannya. 

Kini dia sedang bersusah payah melawan dirinya sendiri, yang baru saja ia temukan kembali. Kadang dia mengaduh kesakitan, tapi dia tak pernah menyalahkan orang lain. Dia sadar, inilah maunya Tuhan. Tuhan pasti sengaja membuatnya begini. Karena dia tahu, Tuhan sedang menghukumnya. 

"Beruntunglah aku masih kebagian jatah hukuman di dunia. Daripada baru dihukum nanti, di akhirat. Pasti rasanya jauh lebih pedih dan memalukan."

Nah, lihat kan? Bahkan dia masih bisa merasa beruntung saat dia sedang terombang-ambing tak jelas begitu. 

Dia memang wanita tangguh. Meskipun banyak orang yang menganggap remeh kemampuannya, tapi lihatlah. Kini dia sedang berproses menuju titik baliknya. Begitu ia sampai di titik baliknya, semua orang akan kembali menghujaninya dengan puji-pujian, hangat peluk dan senyuman ramah. 

Meski kini dia sedang terpuruk, biarlah semua orang memandang ketus dirinya. Dia percaya akan apa yang ia pilih. Dia percaya Tuhan tengah menyiapkan banyak kejutan di hari esok. Dia percaya Tuhan akan terus memandunya.

"Aku akan buktikan bahwa  hal-hal yang orang sebut sebagai kekeliruan ini sebetulanya adalah keputusan yang tepat."

Dia memang kadang terlalu ambisius, tapi begitulah adanya. Biarkan dia dengan segala keyakinannya. Biarkan dia dengan segala penerimaannya. Biarkan dia menangis kala ia membutuhkannya. Biarkan dia berlari saat dia masih sanggup berlari.

Kini dia terus melawan dirinya sendiri. Dia sadar, itulah musuh terbesar dalam hidupnya. Ia harus bisa melawan dirinya sendiri. Tanpa bantuan orang lain. Tanpa ingin dianggap berbeda oleh orang lain. Dan pada akhirnya ia akan selalu sadar,

"Cuma Tuhan yang bisa menolongku."***

Baca Juga: [CERPEN] Riwayat Hujan Malam Ini

Ahsani Rangkuti Photo Verified Writer Ahsani Rangkuti

Read, write and share!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya