[CERPEN] Rintik Hujan

Ada cerita di setiap rintik hujan yang turun.

Siang itu, aku masuk rumah dengan mengendap-ngendap seperti seorang pencuri yang masuk kedalam rumah. “assalamu’alaikum” kataku pelan saat memasuki rumah. Aku pun segera melepas sepatu dan bergegas masuk ke dalam kamar. Aku tak mau ibuku mengetahui keadaanku yang basah kuyup.

Kutatap hujan lewat jendela kamar. “huh, ini nih yang bikin aku basah kuyup” kataku kesal sambil melempar tas ke atas kasur empukku. Kulihat seragam sekolahku basah kuyup dan kotor, segera aku mengganti baju seragamku dengan baju bergambar teddy bear. Kulihat jam menunjukkan setengah 3 siang, rintik hujan pun masih terdengar nyaring di telingaku. Aku terus memandangi hujan dan teringat kejadian saat pulang sekolah tadi.

“hei, yang dulu ikut lomba karya ilmiah jangan pulang dulu” teriak seorang temanku kepada aku dan Laras. Aku dan Laras pun berbalik arah menuju pohon ceri yang ada didepan kelas. Tidak terasa, rintik hujan pun berjatuhan. “bagaimana ini? Kita bisa pulang kebasahan” kata Laras kepadaku dengan wajah yang sedikit panik. “kita tunggulah sebentar, sekalian berteduh” jawabku menenangkan. Ternyata informasi yang diberikan dari seorang temanku tadi salah, aku dan Laras pun kecewa dan segera menuju ketempat parkir sepeda. Kami mengayuh sepeda kami sampai depan sekolah. “

mau pulang sekarang? Yang ada kita basah kuyup” kata Laras meyakinkanku.

“ayo sudah pulang, kita mandi hujan” jawabku sambil senyam-senyum seperti orang gila.

Kami berdua mengayuh sepeda ditengah-tengah derasnya hujan sambil tertawa terbahak-bahak, tetapi pada akhirnya kami menyerah dan memilih berteduh di sebuah masjid.

“yah basah ni, bau lagi. Ini semua gara-gara Lia” kata Laras dengan wajah seperti monster yang siap memakan mangsanya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“loh kok nyalahin aku? Siapa suruh mau diajakin pulang basah-basah?” jawabku menegaskan bahwa aku tak bersalah.

“hehehe” ketawa Laras seperti nenek lampir yang datang ke bumi menggunakan sapu terbang. Lama kami berdiam di masjid itu, kami bercanda seperti orang yang kehilangan akal.

“udah agak redaan, pulang yuk” kataku mengajak Laras segera pulang.

“nggak ah, tas ku nanti basah” kata Laras.

“tas dirimu kan tas mahal, pasti nggak bakal kebasahan deh” candaku kepada Laras. Kami berdua pun tertawa terbahak-bahak. Beberapa menit suasana menjadi hening, hilang sudah kesabaran kami, kami pun melanjutkan kayuhan sepeda kami menerobos hujan badai saat itu, tanpa ku sadari rok putih ku kotor karena terkena percikan air. Aku pun semakin kuat mengayuh sepedaku agar cepat sampai kerumah. Di lampu lalu lintas simpangan SD aku pun berpisah dengan Laras.

“nak, makaaaaaan” suara teriakan dari dapur yang mungkin hampir merusak gendang telingaku membangunkanku dari lamunan. Aku pun segera memasukkan seragam sekolahku kedalam mesin cuci, hatiku berkata dengan girang “ye nggak ketahuan deh kalau tadi mandi hujan”. Aku pun segera ke dapur dan mengambil nasi dan lauk yang sudah disiapkan, dan aku pun makan dengan lahap, wuuuuh lezaaaat :)

 

Rabiatul Marliana Photo Writer Rabiatul Marliana

penikmat rindu dan senyumanmu.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya