[CERPEN] Kekasih Rami Melek

Pemberontakan jiwa akan tatanan konservatif

Bersama kidung yang kusenandungkan di malam, kala aku berdiri di balkon menara menghadap cahaya bulan. Tetiba hadirmu menjelma, menyusup dengan melintas perbatasan dari benteng-bentang Haikal nan menjulang, mendatangiku di bawah salah satu menara-menara yang mengungkung dan memisah jarak antara aku dan kau, Rami Melek.

Nafasmu masih terengah, entah apa yang telah kau lalui sehingga nampak lah kau, begitu terguncang, Rami Melek? Dan aku tampil, menyampak ke pagar balkon, merunduk menyongsong ke hadapanmu di bawah sana, dan menyaksikan.

Gaunku berkibar, merentang ke udara-udara malam, bersama hembus bayu nan menentramkan. Berbicara serahasia mungkin lah, kekasihku Rami Melek. Sesungguhnya, dalam bisikan pun aku masih boleh menyimak apa yang nak kau utarakan, kekasih.

Sementara aku meluangkan masa, dan kau mempertaruhkan nyawa demi bersua, ungkapanmu begitu konyol, sesumbar mengajukan permohonan, untuk “menikahlah denganku, Sarasvati?”

Kawin lari?! Ah, ada apa denganmu, sekonyong-konyong datang di kegelapan gurun, singgah di taman pelataran Haikal, Rami Melek? Sudah kita pahami bersama, kita tak mungkin bersama oleh perbezaan kasta dan latar di antara kita, dipisah benteng-benteng teguh dan kokoh secara konstitusi atau seharifiah-harfiahnya. “Takdir tak mempersatukan kemungkinan-kemungkinan tersebut, kekasihku Rami Melek.”

Jangan panjat menara tempatku berada, “are you dreaming, Rami Malik?” Mengajak aku turut melarikan diri, dari apa? Dari dunia inikah, yang telah kejam dan membuat kita berbeza, sehingga kodrat atau takdir tak memungkinkan penyatuan cinta kita, Rami Melek?

Dan aku tertawa menyambut kehadiranmu di malam gulita, di bawah cahaya bulan yang memulas wujudmu, pun wujudku berada, Rami Melek.

Ah, jikapun kau berkehendak, menuntaskan itikad, segera pastikan dulu, jangan terburu-buru. Mengutarakan luahan rasa, Rami Melek.

It's time a moonlight goes to the sun, Rami Melek. Dan mulai lah berpikir ulang mengenai rencana kawin lari? Yang mana itu kau yakini sebagai satu-satunya hal untuk mempersatukan. Ah sudahlah, ada apa denganmu sedari tadi, “Are you dreaming, atau mabuk, lalu lepas kontrol, Rami Melek?”

I hear those flat earthers, Ku mau tak kasih persent? Terserah Rami Melek.” Artinya aku tak menganggap omong kosong apa yang kau fikirkan dan apa yang orang-orang pikir kau percayai pula. Kendati pun faktanya, bumi bulat yang mana dapat kau pastikan, saat gerhana bulan.

Gerhana bulan adalah masa yang tepat untuk membuktikan bumi bulat. Karena ketika purnama tergelapi, maka akan nampaklah bayangan. Bayangan yang menggelapi itu adalah bayangan bumi, Rami Melek. Maka kelengkungan bayangan di permukaan bulan ketika proses gerhana tersebut menunjukkan bahwa bumi yang kita pijak itu bulat.

Oh badai lebat di kehidupan, sayangku, Rami Melek. Sikap dan pandanganmu tak lebih manifestasi pemberontakan terhadap tantanan kolot atau konservatif, yang mana kau pandang membelenggu jiwa-jiwa merana yang mana harusnya merdeka. Tapi, demikianlah fakta kehidupan, Rami Melek. “You fight it, or life with it.”

O’Rami Melek sudahlah kau kini adalah kekasih baru, kehidupan baru, dunia baru, para pemberontak yang tidak puas dan memutuskan kawin lari, terlepas dari segala tantanan kolot yang membelenggu lewat isntansi atau lembaga-lembaga yang dibangun manusia sebelum dan sebelumnya, “Itu membatasi kemerdekaan jiwa, Sarasvati.”

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Aku tahu.”

Jiwa Rami Melek tergugah darah muda yang menggelora, menggelegakan tabiat watak jiwa pemuda akan stimulasi eksistensi diri, menjadi berbeza. Pembaharu! Demikianlah para muda-mudi hidup dan tumbuh menjadi suatu entitas sejati. Kendatipun telah kita maklumi bersama, berbeza tidak menjadi dalil kebenaran yang mana oleh sebagian manusia dianggap relatif.

The blow must go on, Rami Melek.” Badai lebat di kehidupan, kelak akan terang membentang. Rami Melek sudah akan menjadi kekasih baru dan sebagai pengantin yang didamba-damba, adalah suatu pencapaian hakiki, walau mungkin, maaf... utopis!

Tunggu saat itu tiba, Rami Melek. Pemberontakan bukan suatu pilihan final, yang mana memang sesuai dengan jiwa muda Rami Melek. Segala yang dirudakpaksa, tak baik kehadapan, percayalah sayang. Seumpama biji zarah yang membelah dan tumbuh, ia akan menyeruak dari kegelapan bumi, lalu bertunas tumbuh menjadi kehidupan baru yang bercabang dan kokoh tumbuh menjulang, menentang langit.

“Maukah kau lari bersamaku, Sarasvati?” Rajukmu, lemah. Tak sebagaimana di mula, penuh optimisme, kini meleleh seperti lilin mencair tandas terbakar demi terang, O Rami Melek.

“Jangan korbankan dirimu, demi sesuatu yang hanya akan menghancurkan dirimu, wahai Pemberontak, Rami Melek. Sudah takdirku menjadi Ratu di istana Raja, yang barangkali jauh dari tujuan sebagai kekasih sejati. Mereka tidak nyata...”

“Siapa?”

“Para penganut jiwa-jiwa pemberontak, (flat earth) - kan ada saatnya mereka letih dan sia-sia, tatanan tetap teguh seperti candi-candi di lewati masa dan peristiwa, walau karam namun tetap tegak meski sebagai artefak. Aku bukan milikmu, dan kau... pergilah Rami Melek, dengan segala pemberontakanmu.”

Bersama kesedihan, Rami Melek beranjak lalu, diliputi kegagalan, dan merasa tertolak. Bukan aku tak pedulikan ianya, namun ini demi kebaikanmu, Rami Melek. Kau kuselamatkan dari apa yang akan menghancurkan.

Pembawa cerita flat earth yang tampan berhalis tebal dan bermata bundar seperti bulatan malam itu, tak kunjung lagi bersua, pun tak ada kabar berita selanjutnya. Pada malam di bawah cahaya bulan beberapa waktu silam itu, adalah peristiwa terakhir aku menengok ia secara dekat dan intim.

Aku ingin berkata, kau, aku dan kalian bisa menyatakan hakekat jiwa itu merdeka, namun faktanya terpenjara. Karena tahu kah engkau, Rami Melek? “Jiwa-jiwa itu bukan milik kita.” Tergadai oleh segala apa yang kita imani, sehingga tak ada pilihan selain berserah diri kepada sesuatu bersifat zahir dan subtasi imani.

Bawalah jiwaku turut serta bersamamu, sebutlah namaku, “Sarasvati,” di sela-sela rehat nafasmu, berjuang dengan segala yang kau yakini, lalu lepaskan. Sesungguhnya aku tak nyata bagimu, bila kita meyakini sesuatu yang berbeza, atau cara kita memandang di tempat berbeza, hingga mana nampak absurditas yang ke semua adalah persepsi pribadi.

Berangkatlah, Kekasihku, Rami Melek. Dan purnama, berganti gerhana.

#EnRaga

Regan Farma Photo Writer Regan Farma

life is journal

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya