[PROSA] Semangat dari Penghuni Lautan

Angin malam berhembus, ditemani rembulan purnama aku bermain nada. Ku petik gitar sembari berbinar diterpa sinar. Indahnya suasana pantai, melepas keresahan diri.

Gemerlap ombak pantulkan cahaya bulan, aku yakin ikan di sana juga bergoyang ikuti irama samudera. Naik dan turun terbawa arus laut, kadang terhempas ke tepian lalu berjuang kembali menuju kedalaman.

Beberapa insan merapat, mendekat ikut berirama. Melantunkan lagu-lagu rindu juga gita asmara. Tertawa bersama serasa sempurna. Tetapi ada yang hampa, seperti kisah tanpa arah, seperti rindu namun tak kunjung bertemu.

Di pantai itu aku kembali mengingatmu. Senyum tulus dan sentuhan halus, tutur kata dan rayuan lembut. Tenggelam aku dalam semuanya, berkorban segalanya. Demi jalinan ikatan sempurna. Sayangnya hasil tak selalu sama. Realita tak selalu berkiblat rencana.

Jauh mataku memandang tengah lautan. Sembari diam, aku berpikir, bahwa cinta kita tak mungkin berakhir. Aku lupa bahwa jodoh ada suratan takdir, yang sudah tertulis bahkan sebelum aku dan kamu lahir. Puing-puing bangunan cinta kita sekarang laksana rumah tua. Mulai rapuh dimakan usia dan rasa kecewa.

Sudahlah, aku hendak menatap masa depan. Siapa tahu masih ada harapan. Berdamai dengan keadaan, seperti yang diajarkan oleh ikan. Seganas apapun ombak dan badai di lautan, ikan berusaha bertahan. 

Ku petik lagi gitar perlahan, memecah kesunyian. Ku lantunkan lagu perpisahan. Untukmu yang pernah hampir menjadi pasangan kehidupan.

Cepat atau lambat kau akan menemukan penggantiku, atau mungkin dia sudah bersamamu. Yang tersisa hanya aku, kenangan, dan ikan-ikan yang tulus mengajariku bertahan.

Purnama condong ke barat, waktunya istirahat. Membungkus segala memori yang mengikat, melepas mimpi yang telah sekarat. Terima kasih lautan, pendudukmu yang jumlahnya jutaan telah berkenan menjadi mentorku dalam kehidupan. Sekali lagi alam membuktikan sebagai padepokan pengetahuan dan ilmu kehidupan.

Baca Juga: [PROSA] Kabar dari Dimensi Lain