[PROSA] Teman yang Menghilang

Malaikat terkadang bisa berguna di bumi ini

Mulai dari kelas satu SMA. Aku sudah mencoba untuk menyatukan 33 temanku dengan masing-masing perbedaan. Hal itu adalah pekerjaan yang teramat sulit. Ditambah lagi jika mereka menutup dirinya, serapat pintu kamarnya.

Aku berusaha berbicara dengan semuanya. Aku berusaha membuat mereka semua menjadi akrab. Walaupun terkadang, aku ditatap dengan tatapan sinis. Aku pun sudah menjadi tolok ukur, "Jika dia bisa berbicara dengan orang itu, masa aku tidak?" Itu adalah perkataan teman-temanku. Terkadang, jika mereka sudah berkata seperti itu. Aku bisa merasa putus asa. Namun aku terus saja melawan perasaan itu. "Demi teman-temanku," ucapku di dalam hati.

Aku terus saja bekerja secara diam-diam, hasilnya cukup terlihat sejauh ini. Bahkan jika aku harus menjadi orang lain, akan kulakukan. Agar mereka tetap bisa bersatu. Skala pekerjaanku ini sungguh kecil, jika dibandingkan dengan pemersatu bangsa. Dia pasti kesulitan, apakah dia menjadi orang lain juga?

Namun setelah masa tiga tahun berlalu, aku tahu semuanya pasti akan berpisah. Apakah pekerjaanku ini sia-sia? Sepertinya tidak, karena aku sudah tahu bahwa hal ini pasti akan terjadi.

Bukankah hidup itu sia-sia? Tidak, kan? Hidup ini hanya terdiri dari momen-momen yang kita pilih untuk kita kenang. Kita tidak akan mengingat semua detail kecil yang sudah terjadi.

Jadi, menurutku sepertinya tidak akan sia-sia jika aku bisa dikenang mereka. Walaupun aku hanya menjadi orang di latar belakang, yang tidak terlalu penting.

Tugasku sepertinya sudah berakhir. Karena, sekeras apapun aku berusaha. Jika sudah tidak dekat, akan sulit untuk berteman.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Karena, kehidupan pertemanan itu seperti kerucut. Ketika masih di bawah, atau ketika kita masih muda. Lingkaran pertemanan, masih sangatlah besar. Namun semakin ke atas, lingkaran itu mulai mengecil. Sampai akhirnya hanya tersisa satu orang, yaitu pasangan kita.

Sudah tidak banyak hal yang bisa dilakukan ketika teman-temanku sudah menikah. Karena, jika mereka memilih untuk mementingkan teman-temannya daripada pasangannya. Sudah jelas akan terjadi keretakan internal, tetapi kalau mereka memilih pasangannya. Sudah jelas akan merenggangkan hubungan dia dengan teman-temannya.

Namun kita belum sampai masa itu, masih ada beberapa tahun lagi. Aku sekarang hanya sedang kesulitan, untuk menempatkan teman-temanku sebagai apa. Teman lama? Teman SMA? Yang akan lupa? Atau macam-macam klasifikasi yang lainnya.

Seberapa pentingkah sekarang mereka di hidupku? Apakah mereka akan marah, jika aku punya pemikiran seperti ini? Apakah mereka tidak akan peduli lagi?

Lagi-lagi hanya waktulah yang akan bisa menjawab pertanyaanku itu. Karena, sekeras apapun aku mencari jawabannya. Tidak akan kudapat, karena jawaban itu belum terbentuk.

Jadi, mungkin untuk sekarang. Aku hanya akan berperan sebagai sebuah pantulan. Sampai mereka menemukan seseorang yang bisa ditemui lebih sering, dan terus berulang hingga sendiri.

Baca Juga: [PROSA] Dunia Sadar Manusia

Rizky Fajar Adipratama Photo Verified Writer Rizky Fajar Adipratama

Kau hancurkan diriku saat engkau pergi Setelah kau patahkan sayap ini Hingga ku takkan bisa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya