[Cerpen] Balada Kurir Cinta

Pengantaran spesial untuk kita berdua #IDNTimesFiciton

Terik panas matahari terpantul dari permukaan aspal. Seorang pengendara sepeda motor tiba-tiba menepikan kendaraannya di sebuah ruas jalan yang cukup ramai siang itu. Sembari turun dari motornya si pengendara seraya berdecak.

"Sial, drama apalagi ini?" ujar si pengendara berkacak pinggang di sebelah motornya yang membawa tumpukan paket yang sudah ditunggu oleh penerimanya.

Sepeda motor terlihat menepi di dekat pohon rindang. Roni si kurir di salah satu perusahaan ekspedisi lokal tampak turun dari kendaraannya kemudian memandangi ban depan sepeda motornya yang kempes setelah bergesekan dengan panasnya aspal siang itu. Sambil menggelengkan kepala, Roni mencoba untuk menekan benda berbentuk lingkaran yang memudahkan sepeda motornya bergerak.

"Tadi habis bensin, sekarang apa? Ban bocor? Ah, sial! Memang seharusnya aku berangkat lebih awal saja tadi," gumam Roni melihat ke kiri dan ke kanan mencari apakah ada yang bisa segera membantunya di sekitar tempat itu.

Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan tukang tambal ban di sekitar sana. Roni dengan terpaksa turun dari motor dan menuntun motornya untuk mencari bengkel tambal ban di dekat sebuah perempatan yang tak jauh dari lokasi tempat ia berhenti.

Tidak terasa sudah sejauh 1,5 km Roni menuntun sepeda motornya. Dari kejauhan dia melihat sebuah plakat bertuliskan "Tambal Ban". Bukan main rasa senang hati Roni kala itu.

"Akhirnya, ketemu juga. Ayo semangat, Roni!" Roni menyemangati diri sendiri dan segera saja menuntun sepeda motornya untuk mendekat ke bengkel tambal ban.

Dengan sigap Roni menurunkan tas besar dari motornya agar si tukang tambal ban lebih leluasa untuk memperbaiki ban motor Roni. Di atas kursi panjang, Roni menunggu ban motornya ditambal siang itu.

Tiba-tiba pikiran Roni melayang entah kemana. Dia teringat dengan pesan kekasihnya, "pulang lebih awal. ya! Aku menunggumu."

Suara notifikasi membuyarkan lamunannya. Benar saja, hitungan kelima dari ingatannya, kini benar-benar sang kekasih yang mengingatkannya ,"jangan lupa, ya, aku menunggumu. Lekas selesaikan tugas-tugasmu hari ini!" 

"iya," balas Roni singkat.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Bagaimana? Apakah ada kesulitan hari ini?" dari layar kembali muncul pesan singkat yang dikirimkan oleh kekasihnya.

"Sejauh ini tidak, tunggu saja. Nanti aku akan segera menjemput setelah semua ini selesai," Roni mengirimkan balasan pesan terakhirnya di siang itu dan memasukan smartphone miliknya ke dalam tas kecil yang selalu ia bawa. Roni harus segera kembali dan menyelesaikan tugasnya hari itu.

Kalau saja Roni tidak mengulur waktu dan lebih mempersiapkan diri, mungkin saja dia tidak akan mengalami kendala hari itu. Paling tidak, dia bisa meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan. Terjaga hingga larut malam kemudian bangun ketika matahari telah menampakkan sinarnya, kurang lebih seperti itulah keseharian Roni. Padahal ia tahu bahwa hari esok adalah hari kerja, banyak alamat yang harus ia kunjungi di esok hari.

Kekasihnya sudah berulang kali mengingatkan Roni supaya lebih memperhatikan pola hidup, terutama waktu istirahat. Jika waktu istirahat tercukupi, bukan tidak mungkin kita lebih siap untuk memulai hari yang penuh dengan tantangan. Roni sebenarnya juga sudah capek dengan pola hidup semacam itu. Tetapi, apa mau dikata. Dia kadang lebih bersemangat ketika diajak teman-temannya untuk bermain game hingga larut malam daripada mengindahkan kata-kata dari kekasihnya.

Hari itu mungkin menjadi titik balik baginya. Roni tiba-tiba tersadar mana hal yang lebih baik untuknya. Dia juga tersadar jika masih ada orang-orang yang sayang padanya dan memperhatikan kehidupannya. Bagaimana mungkin bisa ada orang yang lebih memahami dan memperhatikan dirinya sedangkan dirinya sendiri abai terhadap hidupnya. Roni harus segera berubah, pikirnya kala itu.

"Bang, sudah selesai, siap meluncur lagi," panggil tukang tambal ban. Segera saja Roni menaikan tas besar dan membayar ongkos tambal ban.

"Makasih ya, mas," ucap Roni seraya bersemangat kembali kemudian melesat ke jalanan yang ramai mengantarkan beberapa barang yang sudah dibungkus rapi oleh si pengirim. Meliuk di sepanjang jalan protokol tengah kota, sesekali dia bersenandung lagu kesukaannya, sebuah lagu dari band asal ibu kota, Naif, yang berjudul 'Jikalau'.

Waktu terus berlalu. Roni melirik arloji yang dikenakannya di pergelangan tangan kiri. Pukul 5 sore. Roni sudah selesai mengantar paket terakhir yang berada di tas besar itu.

"Waktunya pulang," ujar Roni sambil menyeka keringat yang mengucur dari pelipisnya.

Sesampainya di rumah, Roni segera membersihkan diri dan segera bersiap-siap untuk mengantar satu paket lagi yang sudah ditunggu-tunggu oleh seseorang. Paket itu adalah kerinduan dan cinta yang sedari tadi sudah diharap oleh sang kekasih.

"Sayang, aku segera datang!" ucap Roni bersemangat.

Baca Juga: [CERPEN] Anggaru

Rama Fitra Photo Writer Rama Fitra

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya