[CERPEN] Yang Hanya Bisa Membayangkan dan Membuat Pengandaian

#ANGPOIN Aku membayangkan, apakah kami berdua bisa...

SPREI itu terlihat kusut, namun aku masih dapat melihat lututnya sedikit tersingkap di bawahnya, warna sprei itu mengingatkanku akan warna bulan ketika malam sedang sedikit mendung.

Ia kemudian sedikit memiringkan badannya ke hadapanku sehingga aku bisa melihat dadanya naik turun bernafas, betapa ia adalah makhluk indah yang susah untuk dieja dengan mata telanjang. Rambutnya yang berantakan, jatuh menutupi kening dan sedikit menyentuh mata terpejamnya, semuanya terlalu indah untuk tetap terdiam beberapa lama. Aku baru tahu, rupanya ia tipe pria yang terlelap cepat dan kini aku hanya bisa memandangnya lekat.

Aku penasaran, bagaimana ia mendapatkan bekas luka di mata kaki kirinya. Aku penasaran, apakah dulu sewaktu masih sekolah ia sering berkelahi dengan teman sebayanya. Mungkin sepasang matanya akan terlihat membara jika aku membuatnya marah.

Atau, mungkin ia adalah tipe orang yang akan menangis setelah marah besar. Aku penasaran, apakah ia akan sesenggukan pelan dengan wajahnya terbenam di pelukanku, ataukah ia akan menangis tersedu-sedu tak peduli di hadapannya ada aku?

Aku penasaran, apakah ia suka pergi berpetualang dan berkelana. Apakah ia suka naik kereta ke mana-mana, atau hanya bersepeda saja. Mungkin ia tak suka berada di dekat air dan pantai karena takut basah, atau mungkin sebenarnya ia tak takut pada apa pun. Aku membayangkan kami sedang naik bus menuju kota di mana deretan gunung menjulang tinggi berjajar.

Aku membayangkan sedang duduk di sebelahnya, tertidur dengan kepalaku bersandar di bahunya sementara ia dengan tenang mendengarkan musik favoritnya, kemudian ia membangungkanku tengah malam hanya untuk menceritakan ulang padaku soal legenda-legenda gunung yang kami lewati sepanjang perjalanan kami. Aku penasaran, seperti apa ekspresi wajahnya saat bercerita. Apakah ia akan antusias seperti hujan deras, atau tetap tenang seperti air yang menggenang.

Aku membayangkan, apakah ia suka baca puisi atau buku yang biasa saja. Aku membayangkan ia sedang baca Murakami di dekat jendela di pagi buta. Aku membayangkan, setelah itu kami minum teh hangat bersama, yang membuat matanya semakin terlihat gelap dan dalam. Aku penasaran bagaimana teh yang ia suka. Apakah itu dicampur dengan susu, atau cukup teh dan gula dipadu.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Aku penasaran, berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk mandi. Kaki sebelah mana yang akan ia pasang sepatu terlebih dahulu. Sebelah mana belahan rambutnya ia sisir. Aku membayangkan, ia merangkulku di tengah malam, ketika kami sedang menonton sebuah film yang sama untuk yang keempat kalinya. Dan kali ini, kami berdua jatuh tertidur lelap di sofa hingga pagi menghampiri.

Aku membayangkan, jika ia memintaku untuk selalu bersamanya. Aku membayangkan, ia sedang makan di pinggir jalan dan mulutnya belepotan seperti anak kecil yang sedang makan cokelat saat mengatakan bahwa kehadiranku berarti untuknya. Aku membayangkan, ia bertanya padaku soal tato apakah yang akan aku buat pertama kali, sembari minum kopi di bangku depan rumah kami nanti.

Aku membayangkan, kami berdua ada di sebuah rumah kecil yang berada di kota kecil, tempat kami berdua sepakat untuk menua bersama. Aku membayangkan pulang ke rumah dan membuat teh yang sama-sama kami sukai di beranda. Aku membayangkan, ia sedang memasak makanan kesukaanku, dan kemudian tertidur di depan TV setelah makan malam, dengan rambutnya yang acak-acakan namun tetap memesona luar biasa.

Aku membayangkan, apakah kami berdua bisa bersama-sama. Setelah pertemuan pertama yang tak pernah terduga sebelumnya. Bagaimana bisa aku bertemu dengan orang yang kuanggap benar dan tepat di waktu dan tempat yang luar biasa tak bersahabat.

Kemudian aku langsung sadar, bahwa aku sedang menatapnya lekat saat ia menggerakkan badannya, sepertinya ia akan bangun lebih cepat dari perkiraan.

Jam sudah hampir menunjukkan pukul 9 pagi.

Aku tahu aku harus pergi sebelum ia bangun dari mimpinya sendiri. Cepat-cepat aku berpakaian dan berusaha untuk tak menimbulkan suara, mengambil sejumlah uang di meja, dan pergi meninggalkan pria istimewa ini. Kusempatkan diri untuk berpaling melihat kekasihku yang hanya untuk semalam tadi, terakhir kali.***

Baca Juga: [CERPEN] Maaf, Kali Ini Aku Gagal Menyelamatkanmu

Ice Juice Photo Verified Writer Ice Juice

A dyslexic peculiar organism capable of turning caffeine into words.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya